Banjarbaru, Gatra.com – Dampak musim kemarau yang melanda Kalimantan Selatan (Kalsel) saat ini, mengakibatkan sedikitnya 600 hektare tanaman padi kekeringan dan mengakibatkan gagal panen alias puso.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalsel, Syamsir Rahman, mengungkapkan, 600 hektare tanaman padi yang dilanda kekeringan itu ada di tiga kabupaten, yaitu Tanah Bumbu, Tanah Laut, dan Banjar.
"Yang 600 hektare itu sudah dipastikan puso. Petani sudah berupaya maksimal mengusahakan agar bisa disiram air dengan menurunkan pemadam kebakaran (Damkar) juga membuat sumur, namun tetap tidak berhasil. Air sumur cepat mengering karena juga berbagi dengan kebutuhan minum untuk ternak," beber Syamsir kepada Gatra.com di Banjarbaru, Sabtu (9/9).
Kandidat kuat Pj Bupati Tanah Laut ini mengatakan, bagi petani yang padinya puso tidak perlu khawatir karena pemerintah selalu hadir dan siap membantu. "Nanti pada musim hujan, kita bantu petani dengan bibit dan pupuk gratis. Pokoknya paket lengkap sudah kami siapkan. Ini sesuai arahan Bapak Presiden dan Pak Menteri Pertanian," ungkapnya.
Syamsir menegaskan, meskipun terjadi puso seluas 600 hektare, namun tidak menggangu target produksi padi Kalsel yang telah ditetapkan sebesar 1,1 juta ton di tahun 2023.
"Sampai saat ini produksi padi kita sudah di atas 800 ribu ton. Panen akan terus kita lakukan sampai awal Desember. Jadi jangan khawatir, target produksi padi Kalsel optimistis akan tercapai. Kebutuhan beras kita 350 ribu ton per tahun untuk kasih makan 4,3 juta jiwa penduduk Kalsel," cetusnya.
Syamsir menyebut, selain 600 ribu hektare tanaman padi puso, petani di provinsi berjuluk "Bumi Lambung Mangkurat" ini juga dihantui dengan ancaman kebakaran lahan pertanian di musim kemarau yang diprediksi BMKG mencapai puncaknya di bulan September ini.
"Dari laporan yang saya terima, memang ada lahan pertanian yang terbakar. Contohnya di daerah Tajau Landung. Kita cepat atasi dengan berupaya melakukan pemadaman. Kita juga kirimkan kombine untuk percepatan memanen. Alhamdulillah kebakaran bisa dikendalikan," terangnya.
Kepada para petani, Syamsir mengingatkan, apabila padi sudah mulai masak segera dipanen dan jangan sampai menunggu benar-benar matang. "Ini dilakukan untuk menghindari kalau-kalau terjadi kebakaran di lahan siap panen," cetusnya.
Syamsir juga menyoroti harga beras lokal yang masih mahal setera beras premium. "Memang tidak mudah mengubah selera makan warga kita yang suka beras lokal. Ini terus kita antisipasi agar tidak terjadi inflasi. Yang penting berasnya selalu tersedia. Berapa pun harganya, kita siap membantu," katanya.
Kepada pemerintah kabupaten/kota, Syamsir meminta untuk menyiapkan dana talangan untuk membeli gabah petani pada saat musim panen tiba agar harganya tetap stabil.
"Saat panen, pemerintah yang beli, jangan tengkulak. Lalu simpan di gudang untuk cadangan pangan di daerah masing-masing. Ada tiga daerah yang sudah mengalokasikan anggaran untuk dana talangan pembelian gabah, yakni Tabalong, Batola, dan Hulu Sungai Tengah. Daerah lainnya diharapkan mengikuti karena merekalah yang punya petani dan punya lahan," tegasnya.