Home Kesehatan Stafsus Wapres Dorong Hilirisasi Alat Deteksi Cepat Malnutrisi Balita

Stafsus Wapres Dorong Hilirisasi Alat Deteksi Cepat Malnutrisi Balita

Jakarta, Gatra.com – Staf Khusus Wakil Presiden (Stafsus Wapres), Dr. R. Gatot Prio Utomo, mengatakan, pentingnya mengawal dan mendorong proses hilirisasi hasil-hasil penelitian para peneliti bidang kesehatan di Indonesia, di antaranya Rapid Diagnostic Test Pyridinium Crosslinks untuk mendeteksi malnutrisi sejak dini pada balita.

Gatot dalam keterangan pers pada Selasa (7/11), menyampaikan, implementasi berbagai hasil riset di bidang kesehatan ini sangat penting demi mewujudkan visi Kemandirian Kesehatan Indonesia.

Terlebih lagi, lanjut Gatot, sudah banyak hasil peneliti-peneliti di Indonesia yang seharusnya dapat membantu pencapaian visi Kemandirian Kesehatan Indonesia, namun kurang mendapat perhatian dan kesempatan, serta dukungan dari para pemangku kepentingan.

Adapun hal utama yang menjadi sorotan pihaknya, kata Gatot dalam diskusi hasil penemuan dari peneliti Poltekkes Kemenkes Riau mengenai alternatif metode deteksi malnutrisi pada anak balita di Kantor Sekretariat Wakil Presiden, Jakarta, adalah upaya penanganan isu prioritas nasional, seperti penurunan angka gizi buruk dan stunting.

Peneliti Pusat Kajian Stunting Poltekkes Riau, Dr. Aslis Wirda Hayati, memaparankan perihal penemuan alat Rapid Diagnostic Test Pyridinium Crosslinks yang berpotensi untuk deteksi dini malnutrisi pada balita.

Dalam forum tersebut mengemuka bahwa proses hilirisasi dari penelitian yang dilaksanakan sejak 2008, seharusnya baru bisa menghasilkan produk akhir yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di tahun 2034 nanti.

Namun, lanjut dia, dengan dukungan dari Pusat Intelijen Medik BIN, telah berhasil tercapai sebuah akselerasi proses penelitian dan hilirisasinya yang luar biasa, yani pada Agustus 2023 telah selesai produk protype dan sekarang sedang dalam proses pengajuan izin edar di Kementerian Kesehatan.

Diakui oleh Tim Peneliti bahwa bukan hal yang mudah melaksanakan penelitian di Indonesia, bahkan melanjutkannya ke dalam tahap hilirisasi produk.

Gatot membenarkan bahwa memang jalannya panjang dan berliku, serta rawan gangguan dari fihak-fihak yang kepentingannya terganggu.

“Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemerintah untuk memberi dukungan penuh agar hasil penelitian ini tidak layu sebelum berkembang,” ujar Gatot.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Aslis ini mendapat dukungan penuh oleh Pusat Intelijen Medik BIN, sebagaimana yang diutarakan oleh Kepala Pusat Intelelijen Medik, Dr. Budiman Bela, Sp., Mk.

Menurutnya, pengalaman pandemi Covid memberikan pembelajaran yang penting dalam dunia kesehatan negeri ini. Penemuan ini bisa menjadi jalan untuk kita mengurangi ketergantungan impor alat kesehatan.

“Kami sudah dari awal mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Ibu Aslis ini. Terobosan dalam penelitian ini bahkan berpotensi mengubah pola penanganan gizi buruk pada anak balita, bahkan penanganan stunting di dunia sehingga dapat mengharumkan nama Indonesia,” ujarnya.

Sekretaris Eksekutif Tim Percepatan Penurunan. Stunting (TP2S), Dr. Suprayoga Hadi?, menyampaian hal senada. Menurutnya, berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan target angka stunting sudah sangat banyak, penemuan ini diharapkan bisa membantu sebagai sebuah terobosan dalam upaya penanganan masalah stunting.

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, menyampaikan, ?semua pihak menyambut baik temuan dan inovasi ini. Wakil dari Dirjen Farmalkes Kemenkes RI, Ir. Sodikin Sadek, M.Kes., menyampaikan bahwa proses izin edar alat ini saat ini sedang dalam proses sebagaimana mestinya.

Dalam kesempatan tersebut berbagai pihak memberikan respons positif dan sangat berharap agar izin edar dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama, sehingga dapat segera digunakan dan memberikan manfaat nyata bagi penanganan gizi buruk anak-anak balita di Indonesia.

122