Yogyakarta, Gatra.com - Festival film tahunan yang berbasis di Yogyakarta Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF) kembali digelar. Tahun ini, JAFF ke-18 mengambil tema Luminesence yang dimaknai sebagai pendaran sinema Asia yang memberi cahaya bagi perfilman dunia.
Sebanyak 205 judul film dari 22 negara Asia Pasifik ditayangkan melalui sejumlah program di Empire XXI Yogyakarta, sepanjang 25 November – 2 Desember 2023. Film India Auto Bio Phamplet karya Ashish Avinash Bende menjadi pembuka dan ditutup dengan film 13 Bom di Jakarta karya Angga Dwimas Sasongko.
Usai acara pembukaan yang digelar di pelataran Empire XXI, Sabtu (25/11), Direktur Eksekutif Ajish Dibyo menjelaskan, tema Luminesence diartikan sebagai pijaran film Asia yang memiliki karakter, budaya, dan keunikannya tersendiri dibanding film-film dari benua lain.
“Apalagi belakangan ini di festival internasional, film Asia menempati posisi strategis bahkan mendominasi penghargaan di banyak festival besar. Salah satu tonggaknya adalah saat film Parasite dari Korea Selatan menang sebagai film terbaik di Oscar,” tuturnya.
Pasca-2010, ia menyatakan, karya sinema negara-negara Asia terus tumbuh. Jauh sebelum itu, sejumlah negara Asia seperti Jepang, India, dan Cina, memang punya sejarah panjang dalam perfiman. “Tapi negara-negara Asia lain, termasuk Indonesia, sekarang ini punya kekuatan yang hampir sama dengan mereka,” kata dia.
Dalam kata pengantarnya secara tertulis, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut JAFF Telah melewati pasang surut kehidupan di Yogyakarta. Mulai gempa bumi pada 2006, gunung meletus di 2010, hingga pandemi Covid-19 sepanjang 2020-2021.
JAFF juga menandai budaya perfilman Yogyakarta yang telah berjalan selama dua dekade. “Budaya perfilman ini telah menawarkan perspektif dan cara produksi yang inklusif, suatu nilai istimewa yag tidak mudah ditemukan di daerah lain,” katanya.
Untuk itu, ia berharap JAFF mampu melibatkan berbagai lapisan masyarakat. “Film adalah media yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan inklusif,” katanya.