Karanganyar, Gatra.com - Jumlah penderita tuberkulosis (TB) usia anak-anak makin bertambah. Sayangnya, minim pengobatan terhadap mereka. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Jateng mencatat hanya sekitar 1 persen saja penderita TB anak mengikuti terapi pencegahan tuberkulosis (TPT).
Kepala Sub Koordinator Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular DKK Karanganyar, Sri Winarno menyebut jumlah penderita TB usia anak pada 1 Januari 2023 hingga 27 November 2023 sebanyak 203 orang. Angka ini di luar prediksi sebanyak 135 orang. Jumlah ini mengalami menaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 (9 anak), 2020 (12 anak), 2021 (11), dan tahun 2022 (141 anak).
"Yang ikut TPT angkanya sangat kecil. Cuma 1 persen," kata Winarno dalam konferensi pers upaya kolaborasi penanggulangan tuberkulosis di Karanganyar oleh Mentari Sehat Indonesia (MSI), Kamis (30/11).
Minimnya anak penderita TB berobat sangat disayangkan. Padahal biaya pengobatan ditanggung pemerintah. Pasien non BPJS pun didampingi selama mau menjalani terapi.
Ia juga mengatakan jumlah penderita di Karanganyar dari berbagai usia sebanyak 880 orang per 27 November 2023. Meningkat sejak 2021 sebanyak 348 orang lalu tahun 2022 sebanyak 731 orang.
Ketua Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan TBC (KOPI TB) Karanganyar, dr Musdalifah SpP, M.Kes mengatakan anak rentan tertular Tuberkulosis, terutama yang berkontak erat dengan penderita. Meski begitu, tak ada penularan antar anak terpapar Tb.
"Penularan lewat droplet dan airborne," katanya.
Pengidap TB di Indonesia merupakan terbanyak nomor dua sedunia. Menurutnya, perlu kesadaran dari semua pihak dan kerjasama pemerintah untuk menemukan para penderita kemudian mengobatinya agar menekan penularan penyakit. Musdalifah mengatakan pentingnya pendamping minum obat dan suport dari lingkungan terdekat.
"Berobat tak boleh putus selama enam bulan," katanya.
Cara pencegahan penularan menjadi efektif, daripada mengobati. Musdalifah menyebut hindari kontak erat dengan penderita serta menjauhi tempat berkembang biak bakteri Tb.
"Ruangan tertutup dan ber-AC paling mudah penyebaran bakteri," katanya.
TBC bisa dicegah dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuan PHBS meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjalankan hidup bersih dan sehat agar dapat mencegah berbagai masalah kesehatan. Salah satu indikator PHBS yaitu mencuci tangan dengan sabun.
Manager Kasus Distric Public Private Mix (DPPM) Mentari Sehat Indonesia (MSI) Efitya Fitria Istifarin mengatakan koferensi pers yang diselenggarakan oleh MSI Karanganyari merupakan pernyataan bersama dari berbagai lintas sektor sebagai bagian dukungan atas optimalisasi strategi DPPM demi percepatan eliminasi TB, khususnya di Kabupaten Karanganyar yang melibatkan sektor swasta.
"Harapannya, sektor swasta dapat berperan aktif dalam pelaporan kasus TB serta dapat memberikan layanan pengobatan secara maksimal. Melalui dukungan media, informasi terkait TB serta penanganannya juga dapat disampaikan ke berbagai lapisan masyarakat sebagai bentuk campaign public," katanya.