Home Ekonomi Belanja Pemerintah Lambat, Ekonomi RI Terancam Tumbuh di Bawah Target

Belanja Pemerintah Lambat, Ekonomi RI Terancam Tumbuh di Bawah Target

Jakarta, Gatra.com - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan, ruang defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 masih harus terus dioptimalkan melalui peningkatan pendapatan dan belanja negara selama periode kuartal IV-2023. Sehingga pertumbuhan ekonomi RI di akhir tahun 2023 dapat mencapai di atas 5%.

Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto menilai, adanya ruang defisit pada APBN dipercaya dapat memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk melakukan upaya stimulus ketika ekonomi global yang cenderung turun.

“Jadi memang defisit diperlukan? Diperlukan tapi memang ini tidak mampu dieksekusi pemerintah dengan baik,” kata Eko dalam acara Seminar bertajuk Tantangan Pelik Ekonomi di Tahun Pemilu, Rabu (6/12).

Sampai dengan bulan Oktober 2023, realisasi pendapatan negara telah mencapai 90,9% dari total target APBN 2023. Lalu, per 31 Oktober 2023, realisasi belanja pemerintah hanya mencapai 73,2% dari total pagu belanja APBN.

Sedangkan, penyerapan belanja APBN secara nominal hanya sebesar Rp2.240,8 Triliun dari total pagu belanja APBN 2023, yaitu Rp3.061,2 trillun. Belanja pemerintah dalam bentuk transfer ke daerah telah mencapai 82% dari total pagu APBN 2023.

Sehingga, kata Eko untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 agar mampu tumbuh di atas 5%, seperti tahun sebelumnya, pemerintah perlu mendorong perannya melalui sisi fiskal dengan optimalisasi pengeluaran pemerintah.

Menurutnya, jika pemerintah tidak mengeksekusi hal tersebut dengan optimal, pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir kuartal IV-2023 terancam tumbuh di bawah target pemerintah, atau di bahwah 5%.

“Atau katakanlah pemerintah belanjanya itu tidak terakselerasi begitu, yang terjadi kemudian adalah ya realisasi pertumbuhan ekonomi di bawah target,” pungkasnya.

54