Home Regional Bersih Desa, Simbol Terima Kasih pada Paman Pangeran Diponegoro, Panjang Ilang Hulosobo

Bersih Desa, Simbol Terima Kasih pada Paman Pangeran Diponegoro, Panjang Ilang Hulosobo

Purworejo, Gatra.com- Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, warga Desa Hulosobo, Kecamatan Kaligeisng, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah menggelar merti desa. Kegiatan merti desa atau bersih desa merupakan acara tahunan setiap Bulan Rajab.

Selain untuk mewujudkam rasa syukur, merti desa juga sebagai simbol terima kasih warga kepada leluhur mereka, khususnya Eyang Panembahan Sangke yang telah membuka (mendirikan) Desa Hulosobo.

Berdasar literasi yang diperolehnya, Kades Hulosobo, Bangun Tri Utomo menyebut jika Eyang Panembahan Sangke merupakan guru sekaligus paman dari Pangeran Diponegoro.

"Merti desa ini juga merupakan wujud syukur karena warga diberi hasil panen yang melimpah. Rangkaian merti desa dimulai Hari Sabtu (27/01) dengan pengajian seluruh warga. Kemudian Hari Minggu (28/01), Karang Taruna menggelar bazar durian dan acara 'mangan duren sak mareme', cukup membayar Rp50.000. Kemudian ada hiburan kuda lumping. Minggu malam, ziarah kubur di Makam Eyang Sangke sebagai pendiri Desa Hulosobo," terang Bangun usai acara kirab di Kantor Desa, Senin (29/01/2024).

Sedangkan rangkaian terakhir merti desa Hulosobo adalah kirab budaya serta pagelaran wayang kulit siang hari oleh Ki Joko Parji dengan lakon (judul) Semar mBangun Desa. Pagelaran wayang malam hari oleh Dalang Ki Danang Wahyu Nugroho mengambil cerita Arjuna Wiwaha.

"Dalam kirab, warga mengarak dundang atau jodang (kotak besar terbuat dari kayu untuk mengusung makanan berjumlah banyak) sejumlah 7 buah yang berisi aneka macam makanan khas Desa Hulosobo serta hasil bumi (manggis, durian, duku, jeruk dan lainnya)," tutur Bangun.

Wadah yang dipakai untuk makanan bernama 'Panjang Ilang'. Panjang Ilang terbuat dari janur (daun kelapa) berjumlah ganjil (5, 7, 11 tergantung besar kecilnya) dianyam sehingga membentuk piring buah atau keranjang hantaran yang unik.

Bangun menjelaskan, panjang ilang dipakai oleh pihak keraton untuk mengirim makanan bagi para prajurit yang sedang latihan atau bertugas. "Kami ingin melestarikan panjang ilang sebagai lambang (keturunan) Prajurit Pangeran Diponegoro. Panjang Ilang juga mengandung filosofi, Desa Hulosobo terwujud dengan proses yang panjang (lama), berliku dan perjuangan yang berat. Maka, jangan sampai hilang (ilang) sejarah dan budaya itu," kata Bangun.

Ia berpesan kepada warganya, sesuai dengan tema merti desa yakni 'nyawiji karsa manunggal rasa, Hulosobo kerto raharjo' (menyatukan kehendak juga menyatukan rasa, jiwa dan hati menjadikan Hulosobo menjadi kerto raharjo (mulya, selamat), mengajak seluruh warga baik yang di desa atau perantauan untuk bersatu memajukan desa.

132

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR