Home Hiburan Menjelajahi Disko Nostalgia dan Eksperimental oleh Precious Bloom di Alur Bunyi

Menjelajahi Disko Nostalgia dan Eksperimental oleh Precious Bloom di Alur Bunyi

Jakarta, Gatra.com - Apa itu musik yang penuh dengan nostalgia dan kebahagiaan eksperimental? Bagaimana bisa kedua unsur itu dipadukan di atas panggung? Untuk mengetahui jawabnya, pertunjukan Precious Bloom di seri konser eksperimental kontemporer Alur Bunyi dari Goethe-Institut Indonesien, Kamis 28 Maret 2024 lalu, menarik untuk diperhatikan.

Precious Bloom adalah grup musik yang dibentuk pada 2022 di Jakarta oleh Aradea Barandana dan Adinda Dwimadasari. Aradea Barandana selama ini dikenal sebagai pemburu vinil dan produsen musik yang eksploratif dan penuh eksperimentasi. Dia sudah menghasilkan rekaman, baik di bawah nama “Dea” ataupun grup "Zatua”. Sementara Adinda Dwimadasari adalah penyanyi, penulis lagu sekaligus salah satu nomine AMI (Anugerah Musik Indonesia).

Keduanya sepakat untuk membaurkan ragam city-pop Asia di grup musik ini. Di dalamnya kita bisa mendengar permainan bas yang memikat dan aneka harmoni yang membangkitkan suasana, hingga bunyi sonik dualistis. Coba saja dengarkan album pertama mereka, "Consequences", dirilis tahun 2023, yang menampilkan synth yang menghipnotis dan mengingatkan pendengar akan jalan-jalan di Ibiza.

Adinda Dwimadasari dari Precious Bloom (Dok. Goethe-Institut Indonesien)

Lirik yang bercerita melengkapi kesan musik disko Indonesia yang lebih kontemporer dengan bunyi yang lebih modern. Adinda memang bermimpi menciptakan kembali masa kejayaan musik pop kota Indonesia tahun 80-an yang mengadaptasi komposisi musik populer barat dengan pengaruh jazz Latin serta hipnosis berulang ketukan musik tradisional Indonesia.

Ditambah dengan banyaknya gaya yang dieksplorasi oleh Aradea Barandana, mulai dari New-Beat dan Proto House di HiNRG dan bahkan pengaruh bossa nova, kesemua unsur ini secara kohesif diikat oleh kehadiran vokal Adinda. Mungkin inilah yang mereka maksud sebagai musik “yang kental akan nostalgia sekaligus eksperimental” itu tadi.

Baca Juga: Alur Bunyi 2024: Mengajak Pendengar Berpetualang dalam Dunia Disko Eksperimental

Penampilan Precious Bloom di Goethe-Institut Indonesien menjadi penampilan pertama mereka sebagai grup di Jakarta. Sebelumnya, dalam konteks global maupun lokal, Precious Bloom telah tampil di sejumlah festival musik Eropa, seperti Sound Metaphor di Berlin, Flow Festival di Helsinki, dan Doka di Amsterdam.

Di panggung Alur Bunyi ini pula, untuk pertama kalinya Precious Bloom menghadirkan formasi full band. Aradea Barandana dan Adinda Dwimadasari tidak hanya tampil berdua, mereka bermain bersama dua musisi tambahan, yaitu Karel William pada drum dan Robert M. pada gitar. Mereka menampilkan 10 lagu, mulai dari “Lembayung Bunga Mawar” hingga ditutup oleh lagu berjudul “Nurani”.

Walaupun Anda adalah pendengar dan pengikut karya Precious Bloom sejak awal, pada beberapa lagu mungkin Anda akan merasa asing. Karena dari 10 lagu ini, hanya ada 3 lagu yang tercantum dalam album "Consequences". Sisanya adalah lagu-lagu teranyar mereka. Bahkan ada lagu yang baru jadi sekitar satu minggu yang lalu dan langsung ditampilkan malam itu juga. Namun ini bukan masalah besar, ketukan dan komposisinya tetap bisa membawa penonton dalam nuansa disko yang asik dan menghipnotis.

805