Karanganyar, Gatra.com - Destinasi wisata milik Pemkab Karanganyar, Jateng yang hanya menawarkan obyek minat khusus menyebabkannya kalah bersaing dengan objek wisata (obwis) milik swasta. Di destinasi wisata milik swasta, pengelola lebih fleksibel menatanya sesuai tren dan kebutuhan pengunjung.
Hal itu diakui Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar, Hari Purnomo. Ia menyebut obwis yang dikelola Pemkab Karanganyar, semuanya hanya dikunjungi oleh komunitas alias tak semua kalangan tertarik.
Misalnya pehobi olahraga tracking yang memilih mendaki Gunung Lawu via Candi Ceto. Saat membeli tiketnya, pendaki juga boleh mengunjungi Candi Ceto. Jumlah kunjungan di obyek ini mencapai 104.819 wisatawan lokal pada 2023. Kemudian Candi Sukuh dikunjungi 16.833 wisatawan lokal pada 2023. Lantaran hanya menyajikan wahana edukasi saja, kunjungan di obyek ini stagnan.
Selanjutnya, obyek wisata yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga berjumlah kunjungan lebih banyak. Di tahun 2023, Grojogan Sewu dikunjungi 215.717 wisatawan nusantara (wisnus) dan kawasan Sekipan 5.362 wisnus. Sedangkan obwis yang sepi, diantaranya Sapta Tirta Pablengan (1.389 wisnus), museum kampung purba Dayu (4.687 wisnus), Lawu via Cemoro Kandang (1.863 wisnus).
Adapun obwis milik swasta jumlah kunjungan sampai puluhan ribu orang dalam setahun. Misalnya Lawu Park Tawangmangu (221.163), Kemuning Sky Hills (167.400) dan Edupark Intanpari (222.653).
“Kita sudah berusaha mempromosikan. Tapi memang obwis yang dikelola pemerintah begitu-begitu saja, mungkin dipandang kurang menarik. Yang datang kesana komunitas atau yang memiliki minat khusus terhadap obyek itu. Misalnya pengunjung religius di Sapta Tirta Pablengan. Enggak banyak yang kesana,” katanya, Kamis (25/4).
Di Museum Dayu, lanjutnya, kunjungan didominasi pelajar. Itu pun pelajar SMA dan perguruan tinggi yang sedang melakukan penelitian tentang masa pra sejarah.
“Sebenarnya bukan kapasitas untuk bersaing. Tujuan pengelolaan obwis milik pemerintah bukan mencari untung. Tapi merawat situs dan memberikan edukasi ke masyarakat,” katanya.
Dengan ramainya kunjungan di obwis milik swasta, sebenarnya pemerintah juga diuntungkan. Terutama efek berantai pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata tersebut. Hal ini dibuktikan menjamurnya penginapan, area parkir berbayar dan rumah makan.
Disparpora mencatat, target PAD dari sektor pariwisata naik 41,99 persen pada 2023 dibanding tahun sebelumnya. Hingga Oktober 2023, PAD mencapai Rp1,144 miliar. Adapun target PAD pada 2024 Rp850 juta.
CEO The Lawu Group, Parmin Sastro Wiyono mengatakan inovasi merupakan faktor penarik minat kunjungan obyek wisata. Konsep itu diwujudkan pembukaan wahana baru hampir tiap bulan di berbagai lokasi di Karanganyar hingga luar kota. Kemuning Waterfall merupakan unit usaha terbaru perusahaannya.
“Kita melayani apa yang diinginkan untuk healing keluarga. Kita buka terus inovasi-inovasi agar pengunjung tak jenuh,” katanya.