Yogyakarta, Gatra.com - Studi banding pelaku usaha perhotelan untuk belajar layanan hospitalitas biasanya hanya dilakukan oleh jajaran eksekutif atau manajemen puncak suatu hotel. Sangat jarang bahkan mungkin tak ada seluruh staf hotel diboyong mengikuti studi banding, bahkan hingga ke luar negeri.
Namun itulah yang dilakukan oleh pengelola Hotel Unisi Malioboro, Yogyakarta pada medio Februari 2024 lalu. mengingat pentingnya belajar layanan hospitalitas dari tempat dengan pelayanan hotel terbaik, seluruh staf hotel itu yang berjumlah 40 orang mengikuti kunjungan ke Singapura dan Malaysia selama beberapa hari.
“Kami bagi dua kloter keberangkatan. Jadi berangkatnya gantian supaya hotel tetap bisa buka. Tidak mungkin kan hotel tutup,” kata Manager Hotel Unisi, Dedi Yusma, mengenang ide “gila”-nya itu, saat ditemui, Sabtu (27/4).
Dedi mengaku semula pesimistis dapat memberangkatkan seluruh staf hotel ke dua negara itu. Maklum saja, jumlah peserta kunjungan mancanegara itu terlalu banyak. Namun, lantaran performa hotel selama beberapa tahun ini moncer, Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (UII) selaku pemilik Hotel Unisi menyetujui usulan Dedi.
“Kunjungan itu sebagai upaya menimba ilmu untuk meningkatkan kualitas sekaligus memberi apresiasi atas kinerja staf selama ini. Para staf pun senang karena banyak yang belum pernah ke luar negeri. Kami sampai dihubungi para kolega yang tidak percaya waktu melihat foto-foto kami, ‘Benar itu semua berangkat ke Singapura dan Malaysia?’,” seru Dedi seraya tertawa.
Menurut Dedi, kunjungan luar negeri itu juga wujud apresiasi karena capaian Hotel Unisi selama dua tahun kepemimpinannya sesuai harapan. Okupansi hotel bintang tiga dengan 70 kamar yang berlokasi di depan Stasiun Tugu Yogyakarta dan termasuk berada di ring 1 Malioboro itu selalu tinggi.
Predikat sebagai hotel syariah yang telah mengantungi sertifikat resmi ternyata justru mengerek performa. “Status syariah kami bukan hanya klaim, tapi juga tidak dibuat angker karena kami terapkan esensinya, misalnya selalu menjaga kebersihan dan menyediakan perlengkapan salat yang selalu bersih dan wangi,” paparnya.
Apalagi, selama mengelola Hotel Unisi, Dedi terus berinovasi untuk meningkatkan pelayanan. Misalnya dengan menyulap bagian teras dan atap hotel yang tidak terpakai menjadi resto semi-terbuka. Namun saat ini terobosan Hotel Unisi belum tampak berhenti.
Area lobi hotel terlihat tengah dipermak supaya lebih cantik. Dengan keterbatasan ruang yang ada, Dedi juga menyiapkan sejumlah ruang pertemuan. Semua rencana ini ditargetkan rampung bulan Juni. “Potensi MICE di Yogyakarta masih besar,” ujar pria yang telah lebih dari 10 tahun terjun di bidang perhotelan ini.
Atas capaian kinerja itu, Dedi dan tim Hotel Unisi bersiap untuk dipercaya mengelola unit hotel lain, bahkan tengah berhitung untuk merintis adanya hotel baru. “Catatannya, performa Hotel Unisi harus bagus terus agar bisa menjadi contoh,” tandas Dedi optimistis.