Jakarta, Gatra.com - Kementerian Perindustrian terus mendorong kemandirian Industri Kecil Menengah (IKM) dalam negeri. Salah satu upaya yang dilakukan melalui dukungan kemitraan antara IKM dengan berbagai sektor ekonomi lain termasuk pasar ritel dan ekosistemnya.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa pangsa pasar riyel yang signifikan di Indonesia, memberikan peluang bagi IKM untuk menjadi bagian dari ekosistem rantai pasoknya.
"Strategi kemitraan IKM dan ritel ini dapat mendorong kemandirian IKM dengan adanya kepastian pasar, transfer teknologi, perbaikan kualitas, sistem manajemen, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta kemudahan akses pembiayaan,” katanya dalam acara pembukaan Business Matching IKM Pangan dan Furnitur dengan HIPPINDO di Jakarta, Kamis (2/5).
Sedangkan bagi perusahaan ritel, kemitraan dengan IKM mampu mendukung upaya pemenuhan regulasi pemerintah yang mengatur kewajiban untuk mengikutsertakan UMKM dan memperdagangkan produk dalam negeri. Peritel menjalankan kewajiban untuk memberikan ruang usaha yang strategis dan mudah diakses oleh pengunjung, paling sedikit 30% dari luas area pusat perbelanjaan. Selain itu, peritel juga diharuskan untuk memperdagangkan minimal 80% produk dalam negeri.
Selama ini, sektor industri pangan menjadi kontributor terbesar terhadap pembentuk kontribusi industri pengolahan nonmigas. Berdasarkan data Kemenperin, sepanjang 2023, industri pangan menyumbang 39,10% dari nilai PDB industri pengolahan nonmigas, atau 6,55% dari total PDB Nasional.
Nilai ekspor industri pangan juga menembus angka US$41,70 miliar. Dari jumlah usahanya, sebanyak 1,70 juta unit usaha IKM pangan telah berkontribusi, dan menyerap sekitar 3,6 juta tenaga kerja. Sehingga sektor ini dikategorikan sebagai industri padat karya.
Di sisi lain, lanjut Agus, industri furnitur dalam negeri juga sangat potensial untuk dikembangkan. Selama tahun 2023, sektor industri furnitur menyumbang 1,21% dari nilai PDB industri pengolahan nonmigas dengan nilai ekspor mencapai US$1,8 miliar.
Dari nilai tersebut, kontribusi IKM furnitur berjumlah sekitar 149,7 ribu usaha. penyerapan tenaga kerjanya mencapai 370,7 ribu orang.
Menurut Agus, kekuatan sektor industri pangan dan furnitur ini didukung oleh potensi bahan baku yang cukup tersedia, ketersediaan tenaga kerja yang memadai, serta inovasi dan teknologi yang beragam. Selain itu, sistem rantai pasok bahan baku yang membaik, serta dukungan kebijakan larangan ekspor dan impor juga jadi faktor kekuatan sektor industri ini.
Hal ini diperkuat dengan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) April 2024 yang menunjukkan ekspansi pada 19 subsektor. Ekspansi tertinggi dialami oleh industri makanan, dan diikuti oleh industri minuman. Selain itu, industri kayu, barang kayu, dan gabus mengalami perubahan level menjadi ekspansi di periode ini.
Agus menyebut, kinerja industri yang baik dapat menjadi modal bagus untuk mengawali tahun 2024.
"Kinerja ini tentunya perlu tetap digenjot sehingga industri mampu mengangkat perekonomian nasional di tengah ketidakpastian ekonomi global. Peluang pasar dalam negeri terbuka sangat lebar, terutama untuk komoditas pangan dan furnitur dengan harga yang kompetitif, mengingat ketersediaan bahan baku dalam negeri yang cukup tersedia," ujarnya.
Untuk itu, melalui kerja sama yang baik antara Kemenperin dengan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), diselenggarakan kegiatan Temu Bisnis antara IKM dengan ritel. Hal ini agar semakin banyak produk IKM yang bisa masuk ke pasar ritel modern sekaligus mendorong peningkatan kemampuan pelaku serta pengembangan bisnis IKM.