Nusa Dua, Gatra.com - Layanan provider seluler besutan Elon Musk, Starlink, rencananya resmi beroperasi di Indonesia. Peresmian ini akan dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pembantu Sumerta Kelod, Denpasar, pada Minggu (19/5) sore.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi mengatakan, tidak ada anak emas dalam izin seluler di Indonesia. Network Operation Center (NOC) Starlink, kata Budi, harus berada di Indonesia agar tidak menjelma seperti aplikasi Over The Top (OTT).
"Kita bersikeras bahwa NOC-nya harus berada di Indonesia. Kalau dia (NOC) tidak ada di sini, bisa dimanfaatkan untuk judi online dan lainnya. Jadi saya nggak mau mereka seperti tidak ada tanggung jawab ke kita, buset deh, ini berbahaya. Satelit ini kan bergerak, nanti pas masuk ke negara lain data kita diambil, kita juga nggak mau itu" kata Budi di Bali Nusa Dua Convention Center, Minggu (19/5).
Dengan adanya NOC di Indonesia, maka layanan seluler Starlink tunduk pada aturan yang ada di Indonesia. Sejauh ini, layanan Starlink sudah memenuhi persyaratan seperti Izin Stasiun Radio (ISR), badan usaha Starlink Service Indonesia, hingga Uji Laik Operasi (ULO), namun yang masih disoal adalah NOC dan customer service yang perlu berada di Indonesia.
"Karena customer service itu perlindungan konsumen dan perlindungan data kita. Nanti ada konsumen nipu-nipu gimana? Misalnya ngaku-ngaku jualan Starlink taunya Starbucks Keliling (starling). Harusnya punya kantor di Indonesia," katanya.
Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), pada Juni 2022 lalu.
Hak labuh ini hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup PT Telkom Satelit Indonesia, dan tidak untuk layanan ritel pelanggan akses internet langsung oleh Space Exploration Technologies Corp (Starlink).
Backhaul merupakan teknologi yang memfasilitasi perpindahan data antara infrastruktur telekomunikasi. Teknologi ini digunakan untuk mendukung layanan broadband internet, terutama seluler 4G, di daerah pedesaan yang belum terhubung dengan kabel serat optik.
Layanan satelit Starlink hanya dapat beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Terrestrial Component untuk menerima kapasitas layanan Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah diselesaikan oleh Telkomsat. Sebagai pemegang eksklusif Hak Labuh Satelit Starlink, Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit.
Operasional layanan Starlink oleh Telkomsat harus tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh. Izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi sesuai ketentuan perundang-undangan.
Hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat berkembang pesat. Kerjasama ini juga mencakup rencana Indonesia untuk memiliki tiga satelit generasi terbaru, yakni SATRIA, satelit 150 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) di Ka-Band, Satelit 80 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite di Ka-Band, dan Satelit 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) milik Telkomsat di C dan Ku-Band. Ketiga satelit ini direncanakan akan diluncurkan menggunakan roket SpaceX - Falcon 9 dan akan mengorbit di Geo Stationer Orbit.