Jakarta, Gatra.com – Presiden Direktur (Presdir) PT Bank DBS Indonesia, Lim Chu Chong, mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung nasabah korporasi dengan solusi keuangan berkelanjutan yang berfokus pada energi terbarukan dan infrastruktur.
“Ini dilakukan sebagai wujud kesiapan kami dalam menyongsong transisi energi pada 2050,” kata Lim Chu Chong dalam keterangan pers dikutip pada Sabtu (24/5).
Ia menjelaskan, komitmen tersebut juga sejalan dengan DBS Bank Ltd (Bank DBS) sebagai bank pertama di Singapura yang tergabung dalam Net Zero Banking Alliance.
Lebih lanjut ia menyampaikan, taksonomi hijau Indonesia telah menetapkan standar baru untuk penerapan nilai Environmental, Social, and Governance (ESG).
Lim Chu Chong menyampaikan, pihaknya juga mendukung visi ‘Indonesia Emas 2045' untuk mengubah Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi, mempromosikan pembangunan berkelanjutan, serta kemakmuran regional.
Terkait komitmen tersebut, DBS Indonesia menyelenggarakan DBS Asian Insights Conference 22024 bertajuk “Election to Action: Crafting A Sustainable Future Towards Golden Indonesia 2045 and ESG Excellence”.
Acara tersebut menghadirkan sejumlah pejabat, yakni Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia, Kartika Wirjoatmodjo; Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara; dan Senior Advisor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Raden Pardede; Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi; serta Chief Economist and Managing Director DBS Group Research Taimur Baig.
Nama-nama di atas dihadirkan untuk memperkaya acara dengan wawasan strategis mengenai masa depan ekonomi Indonesia pasca-Pemilihan Umum (Pemilu DVA). Di samping itu, konferensi ini juga menyoroti langkah-langkah menuju keberlanjutan dalam aspek ESG.
Setelah berakhirnya pemilu, kinerja investasi di Indonesia menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang signifikan. Fakta ini diperkuat dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut. Lebih dari itu, dengan berbagai kebijakan pemerintah, tingkat inflasi pun masih terjaga rendah.
Wamen Suahasil Nazara memberikan gambaran terkait kebijakan fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu, Indonesia berhasil menyelesaikan defisit fiskal sebesar 1,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Ini adalah posisi yang kuat yang diakui oleh komunitas internasional bahwa Indonesia tidak terekspos pada kenaikan suku bunga karena pembiayaan kita berasal dari pasar,” ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa beberapa negara masih berjuang untuk mengelola situasi utangnya dan pada saat yang sama juga mengelola pertumbuhan.
“Saya percaya karena ketahanan ekonomi Indonesia, kita dapat meningkatkan defisit fiskal dari 1,6% menjadi 1,2% terhadap PDB tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Secara jangka panjang, Indonesia memiliki cita-cita ambisius yakni Indonesia Emas 2045 untuk menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara dan salah satu dari lima besar ekonomi dunia. Untuk mewujudkan aspirasi ini, diperlukan intervensi dalam strategi hilirisasi industri serta praktik terbaik dalam penerapan ESG.
“Misi BUMN jelas yaitu untuk menjadi pionir dalam ekonomi hijau, pemimpin dalam inklusi sosial, inovatordalam teknologi digital, dan pengembang struktur energi kelas dunia,” kata Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN) Republik Indonesia.
Kartika lebih lanjut menyampaikan, dalam inisiatif ini, BUMN berkomitmen untuk membangun masa depan yang sejahtera bagi rakyat Indonesia dan bekerja sama dengan seluruh investor,” ujarnya.
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Indonesia tetap optimistis dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor seperti hilirisasi industri dan peningkatan ekspor non-migas memberikan harapan positif bagi pencapaian target pertumbuhan 5%.
Chief Economist and Managing Director DBS Group Research, Taimur Baig, menyatakan, ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global patut diapresiasi. Pertumbuhan yang stabil memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tetap teguh dalam mengelola stabilitas harga dan rupiah.
“Setelah kenaikan suku bunga pada April, walaupun kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut masih ada,” katanya.
Menurut dia, beberapa langkah yang dapat diambil mencakup intervensi yang disterilkan, pembelian obligasi, menarik arus masuk melalui surat utang berjangka waktu kurang dari setahun, dan meminta perusahaan BUMN untuk mengoptimalkan atau menghentikan pembelian dolar dalam jumlah besar.
Tidak hanya itu, Indonesia juga baru saja melewati masa Pemilu. Beberapa analis memperkirakan bahwa program andalan Presiden terpilih, Prabowo Subianto, yaitu menyediakan makanan dan susu gratis, akan menelan biaya sekitar Rp450 triliun per tahun, atau sekitar 13% dari total pengeluaran pemerintah.
Selain itu, proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan peningkatan anggaran pertahanan juga akan menyedot dana negara. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 menargetkan rasio utang terhadap PDB antara 39,77-40,14%, lebih tinggi dari target utang pemerintah tahun ini sebesar 38,26%.
Hal ini menuntut perencanaan yang baik oleh pemerintah, terutama oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih. “Downstreaming akan diteruskan oleh Prabowo. Dia juga minat terhadap sektor pertanian dan memiliki concern terhadap ketahanan pangan,” ujar Burhanuddin Muhtadi.
DBS Asian Insights Conference merupakan konferensi tahunan Bank DBS Indonesia yang menyatukan para pemimpin dengan pemikiran global untuk membahas peluang dan tantangan perubahan di Indonesia.
Konferensi ini diharapkan dapat mengubah kekhawatiran dan keraguan menjadi aksi serta keputusan strategis terkait arah bisnis di masa depan.
Pada 2024, DBS Asian Insights Conference pun memiliki sesi khusus terkait upaya berbagai perusahaan akan praktik bisnis yang lebih hijau dengan mengangkat tema “Sustainable Downstream Processing: Balancing Economic Growth with Environmental Integrity”.
Sesi ini dihadiri oleh Ketua Kadin Energy Transition Task Force Anthony Utomo dan Executive Vice President Commercial Product Development PT PLN (Persero) Ririn Rachmawardini.