Home Nasional Minta Tapera Ditinjau Ulang, Bamsoet: Jangan Sampai Malah Beratkan Rakyat

Minta Tapera Ditinjau Ulang, Bamsoet: Jangan Sampai Malah Beratkan Rakyat

Jakarta, Gatra.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo setuju dengan gagasan pemisahan Kementerian PUPR menjadi dua kementerian terpisah, yakni Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum, pada masa pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Pemisahan tersebut, katanya, bertujuan untuk mempercepat realisasi pembangunan 3 juta unit rumah rakyat, yang menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Untuk merealisasikan 3 juta unit rumah rakyat per tahun, pemerintah bisa melakukannya tanpa perlu memberatkan masyarakat. Misalnya, melalui pemanfaatan sumber pendanaan dari dana BPJS Ketenagakerjaan." ujarnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/5).

Sesuai aturan, jelas Bamsoet, maksimal 30 persen atau sekitar Rp138 triliun dari total JHT sebesar Rp460 triliun dapat digunakan untuk program perumahan pekerja.

"Cara lainnya yakni pembentukan dana abadi perumahan rakyat, dengan cara dana fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang mencapai Rp25 triliun diinvestasikan dengan skema dana abadi sehingga jumlah pembangunan rumah yang dibantu bisa meningkat," ungkapnya.

Ketua Dewan Pembina Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (HIMPERRA) itu juga mendorong pemerintah untuk meninjau kembali aturan kepesertaan dan iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) agar tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat, khususnya terkait iuran sebesar 3 persen.

Menurutnya, iuran Tapera menambah daftar panjang potongan yang diambil dari gaji karyawan setiap bulannya, di antaranya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21), BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan Jaminan Hari Tua (JHT), serta BPJS Ketenagakerjaan Jaminan Pensiun (JP).

"Pasal 28H ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ketentuan Konstitusi ini menegaskan, bahwa rumah adalah kebutuhan fundamental rakyat yang dijamin dan dilindungi oleh konstitusi sehingga dalam mewujudkannya jangan sampai justru memberatkan rakyat," katanya.

Dia juga menunjukkan bahwa berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 15,21 persen rumah tangga di Indonesia belum memiliki rumah, dan sekitar 36,85 persen dari penduduk Indonesia tinggal di rumah tidak layak huni. Adapun, kekurangan pemenuhan kebutuhan (backlog) perumahan saat ini mencapai 12,7 juta unit.

"Padahal jika didukung, sektor perumahan memiliki peran penting untuk mendongkrak pertumbuhan perekonomian nasional. Dalam berbagai kajian, sektor perumahan dan turunannya mampu memberikan andil hingga 15 persen dalam angka pertumbuhan ekonomi nasional." ungkapnya.

"Karena selain memiliki nilai investasi yang signifikan, juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Disamping mendorong distribusi pendapatan masyarakat, mengingat industri sektor perumahan bersifat padat karya," kata Bamsoet.

Regulasi mengenai Tapera diteken oleh Presiden Jokowi pada Senin (20/5) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) 21/2024 yang merupakan perubahan dari PP 25/2020.

Kelompok yang wajib mengikuti program ini meliputi ASN, TNI, POLRI, pekerja BUMN/BUMD, serta pekerja swasta.

Besaran iuran ditetapkan sebesar 3 persen dari gaji atau upah untuk Peserta Pekerja dan penghasilan untuk Peserta Pekerja Mandiri. Untuk Peserta Pekerja ditanggung bersama antara perusahaan dengan karyawan masing-masing sebesar 0,5 persen dan 2,5 persen, sedangkan Peserta Pekerja Mandiri menanggung simpanan secara keseluruhan.

Peserta yang termasuk dalam kategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dapat memperoleh manfaat berupa Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Bangun Rumah (KBR), dan Kredit Renovasi Rumah (KRR) dengan tenor panjang hingga 30 tahun dan suku bunga tetap di bawah suku bunga pasar.

Adapun dana yang dihimpun dari peserta akan dikelola oleh BP Tapera sebagai simpanan yang nantinya akan dikembalikan kepada peserta.

48