Jakarta, Gatra.com - Dokter Spesialis Anak, Moretta Damayanti mengatakan, anak-anak khususnya balita, sangat rentan terhadap kontaminasi makanan. Oleh karena itu, kemananan pangan untuk anak bukan sesuatu yang mudah.
"Keamanan pangan itu bukan hanya dari makanan yang sudah jadi. Tetapi juga meliputi bagaimana penyiapannya, penyimpanannya, dan penyajiannya," katanya dalam webinar melalui Zoom Meeting pada Selasa (4/6).
Ia menyebut, makanan bagi anak khususnya makanan pendamping ASI (MPASI) harus menerapkan prinsip-prinsip keamanan pangan. Pasalnya, MPASI berdampak langsung pada fase 1.000 hari pertama kehidupan.
"Fase ini merupakan fase yang penting bagi anak. Pemberian MPASI itu ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu aman dan higienis," tegasnya.
Berdasarkan penelitian Islam MA, 40% MPASI terkontaminasi bakteri E.coli yang terjadi selama masa penyiapan. Konsumsi MPASI yang terkontaminasi berhubungan dengan insiden diare dan malnutrisi yang lebih tinggi pada anak-anak.
"Ini yang perlu diperhatikan oleh setiap ibu yang membuat sendiri MPASI-nya di rumah. Kemudian perhatikan juga suhu penyimpanan karena berpotensi terjadinya kontaminasi terhadap MPASI," jelas Moretta.
Ia menjelaskan bahwa aman dan higienis yang dimaksud meliputi lima poin penting keamanan pangan. Pertama, memastikan kebersihan bahan makanan dan alat-alat masak. Kontaminasi makanan bisa terjadi dengan mudah apabila kebersihannya tidak diperhatikan dengan baik.
Kedua, memisahkan bahan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak. Bahan-bahan mentah rentan memiliki kandungan-kandungan yang bisa mengkontaminasi makanan apabila disimpan di tempat yang sama.
"Ketiga, ketika memasak, harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara memasak yang baik dan benar. Karena akan berhubungan dengan kandungan-kandungan yang ada di dalam makanan tersebut," ucapnya.
Selanjutnya, penyimpanan makanan harus dalam suhu yang sesuai. Artinya, dalam suhu yang tidak mengandung risiko kontaminasi. "Kelima tentu saja menggunakan air bersih dan bahan baku yang aman," ujarnya.
Ia menambahkan, hal penting lain adalah perilaku dari orang yang menangani makanan, terutama saat menyajikan. Perlu dipastikan bahwa orang yang membuat, menyimpan, dan menyajikan makanan sedang dalam kondisi higienis.
"Jangan sampai malah menyebabkan kejadian yang memerlukan tindakan khusus untuk mengatasi efek dari kelalaian," ucap dokter anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.