Home Kesehatan TB Bukan TBC, Tekad Bersama Lawan Tuberkulosis

TB Bukan TBC, Tekad Bersama Lawan Tuberkulosis

Bali, Gatra.com- Pengamat Kesehatan sekaligus Dokter Spesialis Paru, Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan Indonesia sebagai penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ke dunia. Karena setiap jam ada 17 orang yang meninggal akibat penyakit ini.

"Indonesia, maka perlu tekad amat keras untuk menanggulanginya. Jadi, kepanjangan TB dapat berarti 'Tekad Bersama',” ungkap Prof Tjandra dalam Forum Diskusi Denpasar (FDD) 12 secara online dengan tema "Ada Apa Dibalik Kenaikan Kasus Tuberkulosis yang Sangat Tajam?", Rabu (5/6).

Karenanya, “kepanjangan” TB adalah selain “Tuberkulosis” juga yakni Tekad Bersama. Bahwa semua pihak harus bekerja bersama untuk menangani masalah penyakit ini di masyarakat. "Hanya dengan kerja bersama maka situasinya dapat dikendalikan dengan baik. Jadi kepanjangan TB ke dua adalah Tugas Bersama,” jelas Prof Tjandra.

Baca juga: Hari TB Sedunia, PDPI Ungkap Indonesia Banyak Tantangan Tanggulangi Tuberkulosis

Prof Tjandra mengingatkan bahwa semua kegiatan penanggulangan tuberkulosis adalah untuk mencapai eliminasi TB di negara kita. "Jadi, Tugas Bersama dengan Tekad Bersama adalah untuk mencapai kepanjangan TB berikutnua, yaitu  'Target Bersama',” katanya menegaskan.

Lebih lanjut Prof Tjandra menyampaikan tentang “salah kaprah” istilah TB selama ini. Sekarang masih banyak pihak yang menulis nama penyakit ini sebagai TBC, yang dibaca sebagai “tebese”.

"Pertama, kita ketahui nama penyakit ini adalah 'tuberkulosis' dan di kata ini tidak ada huruf 'c' nya, jadi singkatan yang tepat harusnya TB dan bukan TBC. Ke dua, memang dalam bahasa Inggris tulisannya adalah 'tuberculosis', tetapi dalam bahasa Inggrisnya pun singkatannya juga adalah TB, tidak pakai 'C'," ungkap Prof Tjandra.

​​​Baca juga: ERHA Ultimate Gelar Family Gathering Bersama Penderita TBC di Surabaya

Dia menjelaskan bahwa singkatan TBC adalah dari bahasa Belanda. "Jadi peninggalan masa kolonial yang harusnya ditinggalkan. Kalau toh ada yang pakai TBC maka harusnya kita semua membacanya sebagai 'tebece' dan salahnya kini dibaca sebagai 'tebese',” ungkap Prof Tjandra.

64