Home Pendidikan Nyala Semangat Mengajar dari Sekolah di Pelosok Kebun Sawit

Nyala Semangat Mengajar dari Sekolah di Pelosok Kebun Sawit

Jakarta, Gatra.com - Pijar semangat mengajar para guru yang terus menyala justru hadir di situasi yang jauh dari kata layak. Di tengah-tengah perkebunan sawit di pelosok Kalimantan, ada sebuah praktik baik dari jalannya pendidikan.

Adalah SD Perdana Sukamara, Kalimantan Tengah, dan SD Perdana Ketapang, Kalimantan Barat, yang terus menjaga penyelenggaraan pendidikan agar tetap berkualitas, meski berada di tengah keterbatasan. Akses jarak dan informasi yang terbatas, nyatanya tidak membuat pelaksanaan pendidikan di dua sekolah itu terhalang.

Kepala sekolah SD Perdana Sukamara, Krisdiana menuturkan, rekan-rekan sejawat pengajar di sekolahnya pun punya keinginan besar untuk memiliki pengetahuan terkini, terutama tentang Kurikulum Merdeka yang memang seharusnya dipahami dan diimplementasikan dalam proses pengajaran kepada siswa.

Masalahnya SD Perdana Sukamara yang terletak di tengah-tengah kebun sawit membatasi komunikasi dengan komunitas pendidikan yang kebanyakan berada di kota. Hal ini membuat informasi mengenai program pendidikan terbaru acap kali terlambat didapatkan. 

Tahun 2022 menjadi momen perubahan besar bagi Kris dan SD Perdana Sukamara. Kris menemukan jalan keluar untuk mengurai masing-masing tantangan pendidikan.

Untuk menjawab kebutuhan akan akses pelatihan guru, Kris dan guru-guru lainnya berkesempatan meningkatkan kompetensi guru secara daring sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang akrab, interaktif dan efektif.

“Kini guru SD Perdana Sukamara lebih mudah beradaptasi dan berpacu dengan perkembangan penerapan Kurikulum Merdeka. Para siswa lebih komunikatif, mampu mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah, dan mengasah minat serta bakat dalam after school programme,” kata Kris dalam keterangan tertulis, Jumat (19/7).

Pun serupa dengan tantangan yang dihadapi SD Perdana Ketapang. Deny Ariyanto, Kepala Sekolah SD Perdana Ketapang, mengatakan bahwa Lokasi sekolah yang di pelosok membuat banyak guru tidak tertarik untuk meniti karirnya di SD tersebut. Masalah lain yang dihadapi adalah orang tua yang masih acuh akan proses belajar dan koneksi listrik dan internet yang sering padam.

Akhirnya di tahun 2022, Deny mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki sistem manajemen di sekolah sekaligus mencari guru-guru muda yang bersedia belajar dan mengajar di Ketapang melalui pelatihan dan pembinaan secara intensif. Guru-guru muda ini tertarik untuk berkarya di SD Perdana Ketapang karena melihat potensi sekolah untuk berkembang.

Mereka juga tertarik karena melihat banyak kesempatan untuk mendapatkan pelatihan peningkatan kompetensi. Sesuatu yang sangat jarang mereka dapatkan

“Pelatihan dan pembinaan yang kami dapatkan di sekolah selama dua tahun terakhir memberikan imbas yang lebih besar dari yang saya bayangkan. Kami mempelajari banyak hal terkait pengelolaan sekolah yang lebih tertib dan mempersiapkan akreditasi,” beber dia.

Kedua sekolah tersebut mengikuti Lighthouse School Program. Program sekolah mercusuar ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sekolah secara holistik dan intensif yang bertujuan mewujudkan sistem manajemen sekolah yang akuntabel. LSP merupakan kolaborasi antara Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui inisiatif School Development Outreach (SDO) bersama PT Sampoerna Agro Tbk melalui Yayasan Perdana Cemerlang.

Selama dua tahun, SD Perdana Sukamara dan SD Perdana Ketapang tidak hanya menerima pelatihan secara intensif dalam program Lighthouse School Program, tetapi juga pembinaan yang menyeluruh baik kepada guru-guru, manajemen sekolah, siswa, serta orang tua.

Program ini telah memberikan imbas kepada 20 guru dan 399 siswa di Sukamara dan Ketapang, dan akan terus berkembang dengan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan masing-masing daerah. Selain di Sukamara dan Ketapang, Lighthouse School Program masih berlangsung di Tompobulu, Sulawesi Selatan dan Baubau, Sulawesi Tenggara, dan telah menjangkau 17 sekolah, lebih dari 400 guru,  6.700 siswa, 3.100 manajemen sekolah, dan 2.800 orang tua.

98