Jakarta, Gatra.com - Pergesaran kebutuhan tenaga kerja di zaman sekarang ini menuntut sektor pendidikan vokasi untuk terus responsif. Adaptasi dan fleksibilitas pendidikan vokasi guna terus dapat memastikan mencetak lulusan yang sesuai dengan perubahan kebutuhan kerja pun diperlukan, terlebih dalam menyongsong manfaat bonus demografi 2045.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Kiki Yuliati mengatakan, perubahan cepat atas kebutuhan industri menjadi sinyalemen bagi pemerintah pusat maupun daerah guna menggagas sebuat jalan baru dalam memajukan pendidikan vokasi.
Menurut Kiki, pendidikan vokasi pun harus memunculkan sebuah desain sistem pendidikan vokasi anyar. Dimana vokasi pun mampu menyesuaikan program dan menawarkan pilihan pembelajaran yang relevan untuk dunia kerja.
“Kompetensi atau sebuah keterampilan kini makin berumur pendek karena perubahan yang cepat. Karenanya penyusunan kurikulum vokasi pun harus memperhatikan life cycle kompetensi ini. Supaya setelah lulus kompetensi siswa pun tetap relevan,” kata Kiki dalam kegiatan Rembuk Pendidikan Vokasi “Skills Indonesia 2045” di Jakarta, Jumat (19/7) lalu.
Kiki pun menyebut, perubahan kebutuhan juga menempatkan kompetensi kecakapan teknologi menjadi kebutuhan dasar dengan memanfaatkan momentum bonus demografi. Utamanya pada Indonesia emas 2045.
Transisi digital juga menjadi tantangan yang berdampak besar pada pasar tenaga kerja dalam dekade terakhir. Ia menyebutkan, belakangan ada fenomena menyusutnya ketersediaan lapangan kerja. Pada tahun 2030 diprediksi akan ada 23 juta pekerja di Indonesia akan kehilangan pekerjaan karena digantikan teknologi otomasi.
Namun, ada periode yang sama, diperkirakan antara 24 sampai 46 juta lapangan kerja baru akan tercipta (job gain) akibat kemajuan teknologi digital.
“Di mana 10 juta di antaranya berasal dari jenis okupasi baru yang belum pernah ada sebelumnya,” jelas dia.
Berkaca dari itu, keterampilan non teknis atau soft skills pun harus disiapkan sejak masa pendidikan ataupun melalui kemitraan dengan industri pendidikan vokasi.
“Keterampilan ini menjadi kompetensi permanen setiap orang untuk sukses bekerja dan menjadi pembelajar sepanjang hayat,” tegas Kiki.
Sementara itu, Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, basis adanya arus perubahan terhadap kebutuhan industri mendorong pihaknya untuk kembali mengkaji dan mengevaluasi model-model baru dalam mengedepankan inovasi di bidang pendidikan vokasi.
“Hal ini bertujuan untuk mempercepat transformasi pendidikan vokasi ke depan. Sembari menjaga relevansinya,” kata Uuf.