Jakarta, Gatra.com - Elektabilitas Hasnuryadi Sulaiman mengungguli Raudatul Jannah (Acil Odah) dalam simulasi head to head calon gubernur Kalimantan Selatan yang berlatar belakang kader Golkar. Berdasarkan hasil survei LSI Denny JA pada hari ini, Kamis (25/7), Hasnur berhasil meraih elektabilitas sebesar 35,9% dan Acil Odah 24,3%.
Survei dilakukan dari 5-11 Juni 2024 dengan menggunakan metodologi standar Multistage Random Sampling. Melalui wawancara tatap muka kepada 800 responden secara proporsional dengan margin of error 3,5%.
Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah yang memaparkan hasil survei tersebut menjelaskan bahwa Hasnur juga unggul dalam simulasi head to head dengan kandidat lain di luar Golkar. Misalnya, head to head melawan Zairullah, Ibnu Sina, Ahmad Rozanie (H. Zanie), dan lainnya.
"Hasnur hanya kalah saat head to head dengan Muhidin. Yaitu, Hasnur 27,3% dan Muhidin 45,3%. Pada posisi Muhidin berduet dengan Hasnur, tentu saja posisi pasangan ini makin menguat dan berpotensi menang," katanya dalam konferensi pers hasil survei di Jakarta, Kamis (25/7).
Posisi kuat duet Muhidin-Hasnur ini, menurut Toto, juga didasari bekal elektabilitas Hasnur sebagai calon wakil gubernur cukup tinggi, yaitu 24,6%. Sedangkan kandidat cawagub yang lain di bawah 10%. Kecuali, Muhidin dan Zairullah yang kecil kemungkinan maju sebagai wakil gubernur.
Toto menjelaskan, elektabilitas Hasnur sebagai cagub memang berada dibawah Zairullah dan Acil Odah dalam simulasi baik 12 calon maupun enam calon. Zairullah 15,1%, Acil Odah 15,3%, dan Hasnur 10,8%. Meskipun selisih kedua diatasnya masih dalam kisaran margin of error. Kecuali dengan Muhidin yang sudah 27,8%.
Namun begitu, lanjut Toto, dalam posisi jumlah kandidat yang dikerucutkan semakin sedikit, khususnya head to head dua calon saja, Hasnur diuntungkan sebagai penerima berkah limpahan suara dari kandidat yang disimulasikan tidak maju. Makin sedikit kandidat, Hasnur makin unggul, kecuali head to head dengan Muhidin.
Toto menambahkan, problem yang masih dihadapi Hasnur adalah tingkat pengenalan yang masih belum maksimal, yaitu baru 65,0%. Namun begitu, Hasnur punya modal tingkat kesukaan yang tinggi, yaitu 89,8%.
"Angka kesukaan Hasnur itu melebihi kesukaan Muhidin sebagai pemimpin elektabilitas. PR besarnya, bagaimana Hasnur mampu mendongkrak pengenalan sampai minimal 80% dalam tiga bulan ke depan. Karena potensi disukainya dari orang yang mengenalnya cukup tinggi," tegasnya.
Menurut Toto, tingkat pengenalan yang belum maksimal dari Hasnur itu juga terpotret dari program dan atribut ruang publiknya. Pada bagian seberapa sering kunjungan para kandidat, Hasnur tergolong paling kecil. Bandingkan dengan Acil Odah yang dianggap paling sering dengan 31,0%.
Begitu juga dengan atribut ruang publik, Acil Odah juga memimpin, yaitu 49,7%. Yang lainnya masih di bawah 20%, termasuk Muhidin, Hasnur dan Zairullah. "Ini tentu harus jadi pekerjaan ekstra para kandidat, khususnya dalam mendongkrak pengenalan sebagai salah satu hukum besi untuk menang," ujarnya.
Meskipun, jelas Toto, dari pengalaman selama ini, tak selalu berbanding lurus antara pengenalan dan kesukaan. Minimal, dengan bekal pengenalan yang tinggi, potensi orang untuk memilihnya lebih besar.