Home Milenial Tak Nikmati Air Bersih, Warga Banda Aceh Cabut Meteran PDAM

Tak Nikmati Air Bersih, Warga Banda Aceh Cabut Meteran PDAM

Banda Aceh, Gatra.com - Masyarakat Desa Cot Lamkueh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh mencabut seluruh meteran PDAM Tirta Daroy sebagai bentuk protes karena air bersih tidak mengalir lancar selama bertahun-tahun.

Setelah mencabut meteran PDAM tersebut, masyarakat melakukan aksi unjuk rasa di pintu masuk desa dengan menggantungkan meteran air dengan menggunakan tali di gerbang gapura, Ahad (4/8).

Bahkan, warga juga membawa mesin pompa air yang selama ini digunakan untuk menyedot air PDAM. Tapi di mesin itu warga menuliskan “mesin angin” karena yang disedot angin, bukan air PDAM.

Dalam aksi itu, warga juga membawa spanduk dan poster yang bertuliskan kecaman hingga sindiran kepada Wali Kota Banda Aceh dan Dirut PDAM Tirta Daroy, di antaranya “Rakyat bukan kelelawar menjaga air tiap malam #gemilang, bahkan, ada yang menulis “Pak Wali kami tidak minum dan mandi dengan janji, air mengering sampai jauh #savePDAM.

Hal itu dilakukan masyarakat Desa Cot Lamkueh, Ulee Lheue sebagai bentuk protes kepada Pemerintah Kota Banda Aceh dan PDAM Tirta Daroy terhadap pelayanan air bersih di Ibu Kota Provinsi itu.

“Kami tidak pernah menikmati air bersih secara maksimal seperti warga desa lainya,” kata Asmiati, salah satu warga desa setempat kepada wartawan di Banda Aceh.

“Sejak dari pascatsunami, Pemerintah hanya cuma janji-janji saja, tapi hingga saat ini air bersih tidak kami rasakan. Sejak pertama dirinya di sini sama sekali tidak menikmati air PAM (PDAM) lancar,” papar perempuan yang akrab disapa Mak Ti itu.

Sementara itu, Kepala Desa Cot Lamkueh, Aprizal mengatakan, aksi yang dilakukan warganya sebagai bentuk kekesalan terhadap Pemko Banda Aceh, bahkan sebelumnya warga sempat merencanakan akan menggelar aksi unjuk rasa di kantor Wali Kota.

Menurut dia, persoalan air PDAM di desanya itu sudah menjadi persoalan klasik yang tidak pernah terselesaikan. “Jadi yang anehnya, desa tetangga airnya lancar, hanya desa kami yang tidak ada air PDAM. Kalaupun hidup, warga harus menunggu sampai dini hari. Ada yang hidup dari jam 3 pagi kemudian jam 4 mati,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya sudah berulang kali melaporkan permasalahan ini kepada PDAM, namun tidak ada solusi.

“Mungkin ini warga sudah marah, karena sudah beberapa kali melapor, direspon tapi tidak ada penyelesaian, yang ada hanya diminta sabar. Warga tidak bisa sabar lagi, karena selama ini warga membeli air. Ada yang menggali sumur bor tapi airnya kuning,” ujar Aprizal.

Dalam aksi itu, Camat Meuraxa Ardiansyah yang juga ikut memediasi warga dan mengatakan, pihaknya telah menampung aspirasi yang disampaikan oleh warga serta akan diteruskan kepada Asisten I Pemko Banda Aceh.

“Ini akan kita teruskan kepada Asisten I dan kita juga sudah berkoordinasi dengan PDAM, mungkin ini masalah teknis, jadi kami tidak bisa berjanji sampai kapan persoalan ini terselesaikan,” kata Camat Meuraxa.

 

964