Home Teknologi Batu Apung Ditemukan Mengambang di Samudera Pasifik

Batu Apung Ditemukan Mengambang di Samudera Pasifik

London, Gatra.com - Para ilmuwan menemukan sebuah batuan vulkanik besar seperti rakit yang membentang lebih dari 150 km persegi (93 mil persegi) yang melayang melintasi Samudra Pasifik.

Lautan batu apung yang berukuran 20.000 lapangan sepak bola tersebut, pertama kali dilaporkan oleh pelaut Australia. 

Para ahli mengatakan massa itu kemungkinan berasal dari gunung berapi bawah laut yang berada di dekat Tonga yang meletus sekitar tanggal 7 Agustus lalu.

Pelaut telah diperingatkan untuk menjauhi dari batuan vulkanik yang berpotensi bahaya.

Batu apung adalah batu ringan yang kaya akan gelembung, yang bisa mengapung di air. Batu ini diproduksi ketika magma mengalami penurunan suhu dengan cepat.

Para ahli menuturkan, rakit besar dari batuan vulkanik tersebut kemungkinan terbentuk ketika gunung berapi berada di perairan yang lebih dangkal. 

Diketahui, sepasang suami-istri yang berlayar ke Fiji merupakan yang pertama melaporkan penemuan rakit apung tersebut.

"Ombaknya kembali hampir tenang dan perahunya melambat," tulis Michael Hoult dan Larissa Brill di media online, seperti dilaporkan BBC, Senin (26/8).

"Puing-puing tersebut hanyut sejauh mata memandang di bawah sinar bulan," sambung tulisan tersebut.

Dilaporkan pula, rakit apung tersebut sempat menahan mereka untuk sementara waktu, karena menghambat kemudi kapal. Namun, dalam beberapa saat akhirnya dapat bernavigasi keluar dari rakit apung yang mengambang.

Mendapatkan fenomena itu, mereka mengirim sampel batu apung yang berukuran kelereng hingga bola basket kepada para peneliti di Queensland University of Technology (QUT) di Australia.

Seorang ahli geologi, Prof Scott Bryan, mengatakan massa batu apung seperti itu dapat dilihat sekitar lima tahun sekali di wilayah tersebut.

"Ini adalah fenomena yang dilaporkan dari waktu ke waktu, biasanya diketahui sebagai pulau di tengah lautan yang hanya dapat dilihat orang sesekali waktu. Ini tampak seolah-olah seluruh permukaan samudera telah berubah menjadi daratan," katanya.

Bryan mengatakan bahwa saat ini ada lebih dari satu triliun keping batu apung yang semuanya mengambang bersamaan, tetapi seiring waktu batu apung tersebut akan pecah dan tersebar ke seluruh wilayah. 

Batu apung tersebut saat ini mengambang ke arah barat menuju Fiji, dan kemungkinan akan melewati Kaledonia Baru dan Vanuatu. Juga diperkirakan akan mencapai Australia.

“Mungkin bisa mencapai Australia dalam waktu satu tahun, tetapi kami tidak tahu apakah itu bisa bertahan lama," kata Dr. Martin Jutzeler dari University of Tasmania.

Para ahli mengatakan batu apung itu kemungkinan menjadi rumah bagi kehidupan laut karena hanyut melintasi Pasifik dengan arus laut.

"Banyak kehidupan dapat melekatkan dari pada batu apung yang hanyut ribuan kilo jauhnya. Jadi itu adalah cara untuk memperbarui ekosistem di suatu tempat, juga dapat memperkenalkan spesies invasif," kata Jutzeler.

Para ahli juga meyakini, jika batu apung tersebut hanyut mencapai Australia, maka bisa menjadi anugerah bagi Great Barrier Reef yang mengalami kerusakan.

"Ini adalah mekanisme potensial untuk memulihkan Great Barrier Reef. Berdasarkan peristiwa rakit apung di masa lalu yang telah kami pelajari selama 20 tahun terakhir, hal tersebut akan menciptakan karang sehat yang baru dan penghuni terumbu lainnya," kata Bryan.

 

5991

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR