Home Teknologi Sebuah Serangan DDOS Targetkan Aplikasi LIHKG yang Digunakan Demonstran Hong Kong

Sebuah Serangan DDOS Targetkan Aplikasi LIHKG yang Digunakan Demonstran Hong Kong

Hong Kong, Gatra.com - Aplikasi layanan online LIHKG, yang digunakan demonstran Hong Kong telah diserang secara digital. Bahkan, penyerangan digital ini berhasil merobohkan server selama akhir pekan lalu.
 
Menurut para demonstran yang menggunakan LIHKG sebagai media informasinya, server yang mereka gunakan telah menjadi target penyerangan DDOS. Serangan ini merupakan cara membanjiri server dengan lalu lintas jaringan internet yang berlebih.
 
Dilansir dari Bloomberg, dengan adanya serangan ini, server LIHKG tidak dapat diakses hingga menjadi nonaktif selama beberapa saat. Menurut mereka, total permintaan ke situs mencapai Rp1,5 miliar dan lonjakan pengunjung mencapai Rp6,5 juta per jam.
 
"Kami memiliki alasan untuk percaya, ada kekuatan atau kekuasaan tingkat nasional. Untuk mengatur serangan seperti botnet dari seluruh dunia yang dimanipulasi dalam meluncurkan serangan ini," ujar mereka dalam sebuah pernyataan.
 
Aksi unjuk rasa Hong Kong dimulai sejak Juni 2019 yang didasari penolakan RUU ekstradisi ke daratan Cina. Aksi ini meluas hingga pada masalah perluasan kontrol Beijing terhadap beberapa kota.
 
Para demonstran, sering kali terlihat mengacung-acungkan slogan kontroversial "Bebaskan Hong Kong; revolusi zaman kita". Bahkan, mereka menggunakan layanan digital seperti LIHKG dan Telegram untuk berorganisasi secara diam-diam.
 
LIHKG mengatakan, aplikasi itu menjadi subjek penyerangan. Saat ini timnya sedang berusaha menangkal masalah lebih lanjut. Para pengguna diimbau menggunakan layanan situs web jika menemui kesulitan. Mereka berdalih, menurut para pengguna, serangan DDOS ini berasal dari salah satu situs web di Cina.
 
"Kami sangat meminta maaf atas ketidakstabilan layanan," kata pernyataan itu. Operator situs telah menyembunyikan identitas mereka selama terjadinya unjuk rasa dan tidak menanggapi permintaan komentar apapun.
 
Ini merupakan serangan cyber kedua yang menargetkan aplikasi layanan online yang digunakan oleh para demonstran Hong Kong. Sebelumnya, pada Juni lalu, layanan pesan Telegram mengatakan bahwa mereka telah diserang oleh sebuah serangan besar yang berasal dari Cina.
 
Penggunaan aplikasi pesan dan ruang obrolan oleh para demonstran memungkinkan mereka untuk dengan cepat mengubah dan mengimplementasikan rencana, membuat upaya pemerintah untuk mengendalikannya gagal.
 
Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam mengatakan pada pekan lalu bahwa dia tidak akan mengesampingkan semua tindakan untuk menghentikan aksi unjuk rasa ini. Bahkan, ia menerapkan aturan darurat yang akan memungkinkannya untuk secara sepihak mematikan internet atau secara selektif memblokir aplikasi yang membantu pengorganisasian demonstran.
 
143