Home Teknologi Peneliti Selidiki Perubahan Iklim di Kutub Utara

Peneliti Selidiki Perubahan Iklim di Kutub Utara

London, Gatra.com – Kapal Penelitian Jerman, Polarstern menemukan lokasi persinggahan selama setahun di es laut Kutub Utara. Kapal tersebut rencananya, akan memimpin ekspedisi ilmiah Kutub Utara terbesar dan mendarat di dekat sebuah es tebal yang mengapung di sisi Siberia di cekungan samudera.

Lokasi tepatnya terletak di 85 derajat utara dan 137 derajat timur. Ratusan penyelidik akan menggunakannya sebagai basis untuk menyelidiki dampak perubahan iklim di puncak dunia.

"Setelah pencarian singkat yang intensif, kami telah menemukan rumah singgah untuk beberapa bulan mendatang," kata pemimpin ekspedisi Prof Markus Rex, dari Alfred Wegener Institute (AWI).

"Mungkin itu bukan yang sempurna, tetapi yang terbaik di bagian Kutub Utara, dan menawarkan kondisi kerja yang lebih baik setelah musim panas Kutub Utara yang hangat," sambungnya.

RV Polarstern memulai misi MOSAiC (Multidisciplinary drifting Observatory untuk Studi Iklim Arktik) sekitar dua minggu lalu. Kapal tersebut melakukan perjalanan dari pelabuhan Norwegia Tromsø. Ekspedisi ini dilengkapi dengan pemecah es untuk mencari tempat yang tepat agar bisa mendirikan kemah.

Setidaknya terdapat enam belas lokasi yang akan diselidiki dengan bantuan satelit dan helikopter. Gumpalan es yang mengapung setebal satu meter dengan luas sekitar 2,5 km kali 3,5 akhirnya dipilih.

Ekspedisi internasional tersebut mampu mengidentifikasi tempat singgahnya setelah meninggalkan Tromsø. Kehangatan di musim panas ini menghasilkan lapisan es Arktik terkecil kedua di era satelit. Akibatnya, es yang menutupi permukaan laut sangat tipis.

Tujuan MOSAiC adalah mempelajari semua aspek sistem iklim di Kutub Utara. Stasiun instrumen akan didirikan di atas es, di sekitar kapal, hingga 50 km jauhnya.

Es, lautan, atmosfer, bahkan satwa liar semuanya akan dijadikan sampel. Investigasi sepanjang tahun dirancang untuk memberikan lebih banyak kepastian terhadap proyeksi perubahan di masa depan.

"Kami tidak memiliki prediksi iklim yang kuat untuk Kutub Utara. Alasannya, kami tidak memahami proses di sana dengan sangat baik," jelasnya.

"Kita juga tidak pernah bisa mengamatinya sepanjang tahun. Tentu saja, tidak di musim dingin ketika es berada di titik paling tebal. Kita tidak bisa menghancurkannya dengan kapal penelitian kita," sambungnya.

617