Jakarta, Gatra.com - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) melakukan pengamatan terhadap fenomena alam Gerhana Matahari Cincin pada Kamis, (26/12). Gerhana Matahari merupakan fenomena alam yang terjadi setiap tahun, namun belum tentu fenomena ini melintas di wilayah yang sama setiap tahunnya.
Gerhana matahari terjadi ketika Matahari - Bulan - Bumi berada pada satu garis lurus. Namun kesegarisan ini tidak terjadi setiap saat karena orbit Bumi mengelilingi Matahari tidak satu bidang dengan orbit Bulan mengelilingi Bumi, melainkan miring sekitar 5,1 derajat terhadap ekliptika atau bidang orbit bumi mengelilingi matahari.
Dijelaskan oleh Staf Program Sains PP-IPTEK, Sri Wahyu, GMC akan melewati sebagian wilayah di Indonesia pada tanggal 26 Desember 2019 seperti Padang Sidempuan, Duri, Batam, Siak, Karimunbesar, Tanjung Batu, Bintan, Tanjung Pinang, Singkawang, Pemangkas dan Sambas.
Wilayah yang lainnya akan mengalami gerhana matahari sebagian (GMS). Di Jakarta Piringan matahari akan mencapai 72% dengan puncak gerhana yang akan terjadi sekitar pukul 12.36 WIB. "Fenomena gerhana matahari ini sangat langka untuk disaksikan di Indonesia," jelas Sri Wahyu saat ditemui di Kawasan Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) TMII, Jakarta, Kamis (26/12).
Sementara itu, Menurut Direktur PP-IPTEK-Kemenristek/BRIN, Syachrial Annas PP-IPTEKtelah menyediakan sebanyak 4 (empat) unit teleskop yang dilengkapi filter matahari, di mana salah satunya dihubungkan dan ditampilkan ke televisi, yaitu teleskop tipe CPC 800, Coronado, Celestron Advance 6, dan Celestron Firstscope 114 EQ.
"Gerhana Matahari Cincin ini diharapkan menumbuhkan ketertarikan dan kepedulian masyarakat terhadap fenomena sains khususnya di bidang astranomosi akan lebih meningkat," ungkapnya.