Home Ekonomi Pandemi, Anggaran Desa Harus Fokus Pemberdayaan Ekonomi

Pandemi, Anggaran Desa Harus Fokus Pemberdayaan Ekonomi

Yogyakarta, Gatra.com - Dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus pemerhati desa Arie Sujito berharap anggaran desaq (AD) kedepan fokus pada peningkatan perekonomian.

"Kehadiran warga kota yang tersingkir ke desa akibat pandemi memang menjadi masalah serius dan menjadi tantangan yang perlu direspon segera," katanya melalui pesan ke Gatra.com, Minggu (30/8).

Mengatasi kondisi ini, Arie melihat desa harus segera didorong untuk menciptakan lapangan kerja yang berbasis peningkatan ekonomi. Karena itu, sudah saatnya Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes) melakukan revisi pada fokus penggunaan Dana Desa maupun Alokasi Dana Desa.

Berbeda pada awal kehadiran AD maupun ADD pada 2015 yang fokus pada pembangunan infrastruktur, khususnya pada desa di wilayah tertinggal. 

Kedepan sudah saatnya fokus diubah bagaimana anggaran itu terbukti pada pemanfaatan kebutuhan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Serta pembangunan jaringan dan instalasi penyaluran distribusi barang atau jasa di desa.

"Ini tidak gampang. Dibutuhkan komitmen politik yang kuat. Sebab seringkali proses kreatif di desa terganggu regulasi di atasnya. Desa harus diberi kesempatan seluas-luasnya," tuturnya.

Itu artinya, pemerintah jangan terlalu turut campur atau memberikan arahan yang sangat detail tentang pembangunan desa. Kebijakan dan aturan harus bersifat makro, yang kemudian bisa diimplementasikan sesuai kebutuhan serta potensi desa.

Sehingga nantinya desa akan menjadi lembaga yang mempertemukan kekuatan dan pilar demokrasi kewargaan di tingkat lokal yang kaya oleh keragaman tradisi. Walhasil, kondisi ini membuat desa tidak lagi  menjadi objek pembangunan. "Tapi menjadikan desa mandiri dan menjadi subjek," lanjutnya.

Sebelumnya, Sabtu (29/8) Arie Sujito meluncurkan bukunya berjudul 'Tonggak Politik: Kumpulan Esai Dua Dekade Demokrasi Indonesia'. Peluncurkan buku diadakan di desa kelahirannya  Gunungsari Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.

Buku setebal 290 halaman itu berisi 47 esainya yang terserak di sejumlah media massa dan jurnal sepanjang 2000-2020. 

Ditambah dua laporan hasil wawancara dan satu naskah profil, total ada 50 tulisan dalam buku yang diterbitkan Penerbit Ombak dan Sanggar Maos Tradisi ini. 

Ini adalah ikhtiar mendokumentasikan pikiran-pikiran yang saya tuangkan dalam bentuk artikel, opini, atau analisis tematik sebagai respons dan interpretasi atas fenomena demokrasi Indonesia dalam rentang dua dekade, kata Arie

Ekonom Faisal Basri mengatakan buku itu mengingatkan khalayak tentang ancaman terhadap demokrasi masih kasat mata. Melalui tulisannya, Arie Sujito mengingatkan agar kita terus memperjuangkan kedaulatan rakyat.

"Mas Jito tidak hanya mengamati dengan cemas, tetapi juga turun gunung. Ia tak pernah lelah dan jemu, katanya. 

213