Home Ekonomi Ekonomi Bali Dihantam Pandemi, Sri Mulyani Beri Solusi

Ekonomi Bali Dihantam Pandemi, Sri Mulyani Beri Solusi

Jakarta, Gatra.com - Provinsi Bali memiliki ketergantungan yang erat pada sektor pariwisata, maka tak heran ketika pandemi hadir Bali  menerima pukulan telak. Sebab pariwisata adalah sektor pertama yang paling terdampak dan mempunyai tantangan sangat besar dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menawarkan solusi agar Bali segara pulih.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Bali mengalami kontraksi hingga 12,28% pada kuartal III-2020, dan kontraksi 12,21% pada kuartal IV-2020 bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 (year on year/yoy). Secara keseluruhan, ekonomi Bali sepanjang 2020 mengalami kontraksi 9,31% yoy.

Angka tersebut lebih parah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 yang mengalami kontraksi 2,07%.

"Ini sebuah fakta sejarah yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dan biasanya dalam keadaan normal, pertumbuhan ekonomi Bali selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini bisa dipahami mengingat Bali sangat tergantung dari pariwisata," ujar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa pada gelaran Bali Economic and Investment Forum 2021, Kamis (8/04).

Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020 Bali hanya dikunjungi 1,1 juta turis mancanegara. Angka ini melorot drastis dari tahun sebelumnya yang mampu mencapai angka kunjungan 6,3 juta wisman. Senasib dengan kunjungan wisatawan dalam negeri yang jatuh di angka 4,6 juta orang dari yang sebelumnya bisa menyentuh 10,5 juta wisatawan lokal.

Dengan kontraksi ekonomi yang dialami Bali berdampak besar pada keberlangsungan hidup masyarakat. Banyak dari mereka harus kehilangan pekerjaan. Menurut I Putu Astawa, tak kurang dari 3000 pekerja di sektor pariwisata terpaksa menerima pemutusan hubungan kerja (PHK). Sejak pandemi angka pengangguran di pulau dewata mengalamani lonjakan.

"Ada 3.000-an datanya yang di PHK. Dan dari data BPS per Februari kemarin, angka pengangguran Bali menjadi meningkat yang biasa pengangguran Bali itu adalah paling rendah secara nasional. Dan sekarang posisi kita ada di urutan ke 18 yaitu sebesar 5,63%. Dalam keadaan normal angka pengangguran kita hanya 1,2-1,3%," tambah I Putu Astawa.

Diforum yang sama, Menteri Keungan, Sri Mulyani turut memberikan gambaran aktual ekonomi Bali yang tengah berkutat dengan pandemi.

"Sebanyak 40,67 persen masyarakat Bali yang masih bekerja mengalami penurunan pendapatan," ujar Menkeu.

Lanjutnya, Menkeu menyajikan data yang berisi sebanyak 42,51 persen pekerja dengan gaji Rp 3-4,8 juta turut mengalami penurunan pendapatan. Mereka yang memiliki gaji Rp 4,8-7,2 juta juga terdampak, yakni 36,83 persen. Sedangkan pekerja dengan gaji di atas Rp 7 juta yang mengalami penurunan pendapatan sebanyak 41,28 persen.

Berangat dari data itu, Sri Mulyani menjelaskan bahwa masyarakat miskin dan rentan menjadi miskin adalah yang paling meraskan dampak pandemi karena mereka bekerja di sektor informal. "Masyarakat miskin, rentan miskin dan yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling terdampak dari mewabahnya pandemi Covid-19," kata dia.

Di tengah kondisi yang pelik itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap memberi pesan optimisme, dirinya menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya untuk mencari jalan keluar guna membangkitkan ekonomi Bali.

Sri menjelaskan bahwa pemerintah pusat tengah mendorong pemulihan jangka pendek serta reformasi struktural dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi di Bali. "Untuk bangkit pasca pandemi Covid-19, Provinsi Bali harus merevitalisasi sektor pariwisata sektor unggulan,"

Menurut hematnya, untuk mencegah kondisi seperti ini terulang di masa mendatang, Bali harus mengupayakan diversifikasi struktur perekonomian demi menciptakan keberlangsungan ekonomi yang berkelanjutan. Bali dapat menempuh revitalisasi pariwisata melalui perluasan penerapan standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environmental Sustainability) yang disertai pemantauan dan evaluasi berkala. Selain itu, dibutuhkan diversifikasi wisata minat khusus dan budaya termasuk kuliner.

Sri Mulyani memaparkan bahwa revitalisasi turut dilakukan melalui peningkatan kualitas dan tata kelola infrastruktur penunjang pariwisata, peningkatan koordinasi pengelolaan arus pariwisata, serta penguatan rantai pasok pariwisata yang menuntut keterlibatan berbagai sektor terkait.

Untuk mewujudkan revitalisasi pariwisata, Sri Mulyani menambahkan bahwa dapat digunakan beberapa instrumen yang ada seperti melalui pinjaman daerah.

"Saya tahu Provinsi Bali termasuk yang punya keinginan dan sebagian kabupaten diberikan dukungan dalam bentuk pinjaman daerah, kita akan terus lakukan ini. Jadi pemulihan di Provinsi Bali dan Indonesia suatu tugas yang luar biasa. Kita harap kita mampu bekerja sama dan untuk bisa meringankan dan revitalisasi dan juga mendiversifikasi ekonomi,"


 

232