Home Regional Jelang Muktamar NU, Kiai Muda Pesantren Gelar Pertemuan Serukan Regenerasi NU

Jelang Muktamar NU, Kiai Muda Pesantren Gelar Pertemuan Serukan Regenerasi NU

Semarang, Gatra.com – Menjelang muktamar Nahdlatul Ulama (NU), para kiai muda pesantren NU dari berbagai daerah di Jawa menggelar pertemuan di Pondok Pesantren Al Anwar Maron Loano asuhan KH R. Mahfudz Hamid, di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (4/12).

Pertemuan yang mengusung tema "Muktamar NU dan Kebutuhan Tajdid Jam'iyah Menyambut Satu Abad NU", dihadiri lebih dari 70 kiai muda pondok pesantren (Ponpes) dari Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur.

Beberapa kiai muda yang hadir, di antaranya KH Adib Sholeh Anwar Mansur Lirboyo Kediri, KH Nadhif Abdul Mujib Tayu Pati, KH Irwan Masduki Mlangi Yogyakarta, KH Nilzam Yahya Krapyak Yogyakarta, KH Latif Malik Tambakberas Jombang.

Kemudian, KH Luthfi Thomafi Lasem Rembang, KH Aunullah A'la Habib Doglo Boyolali, KH Chakimuddin Tegalrejo Magelang, dan KH Zar'anuddin Mlangi Yogyakarta.

Menurut KH Luthfi Thomafi, acara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut Muktamar Ke-34 NU di Lampung. “Acara ini sebagai bentuk kegembiraan para kiai muda pesantren,” katanya dalam keterangan pers pada Sabtu (4/12.

Sementara itu, KH Irwan Masduki yang akrab dipanggil Gus Irwan menyatakan, saat ini NU menghadapi tantangan solidaritas organisasi. Padahal ini merupakan modal untuk mewujudkan solidaritas global.

“Saya percaya bahwa NU mampu melakukan solidaritas organisasi dan solidaritas global. Maka, penting bagi NU untuk melakukan regenerasi,” katanya

Pengasuh Ponpes Nahdlatuttholibin Tayu Pati, KH Ahmad Nadhief Abdul Mujib (Gus Nadhif), menyatakan, NU perlu melakukan pembaharuan memasuki 100 tahun, dari kepengurusan dan pengelolaan organisasi.

Dari sisi kepengurusan, harus ada jaminan berlangsungnya regenerasi secara alamiah pada setiap jenjang. Terkait pengelolaan organisasi, pola kerja di jajaran tanfidziyah atau eksekutif PBNU seperti sebuah pemerintahan, sehingga seluruh program dan agenda kerja diputuskan bersama.

Terkait Muktamar NU, Gus Nadhief mengajak untuk senantiasa taat kepada dawuh dan kebijakan pemimpin tertinggi di NU.

“NU harus taat kepada pimpinan tertingginya dalam hal ini, Rois Aam. Pada Muktamar mendatang harus patuh pada dawuh dan kebijakan Rois Aam,” ujarnya.

Menurut KH Aunullah A'la Habib atau Gus Aun dari Doglo Boyolali, NU mempunyai banyak kiai yang memiliki kapasitas. Tetapi untuk menahkodai NU yang penuh dengan tantangan, baik dalam sekala nasional maupun internasional butuh pemimpin yang mumpuni.

“Kita butuh pemimpin yang muda, berwawasan luas, enerjik, visioner, memahami pentingnya kaderisasi dan mampu mengorganisir. Seperti sosok Kiai Yahya Cholil Staquf misalnya,” kata dia.

Para kiai muda pesantren berharap Muktamar NU sebagai ajang membicarakan ide, program, dan gagasan-gagasan besar. Bukan arena saling menyerang dan menghina. Mengingat NU adalah jam'iyah terbesar di Indonesia, maka memiliki tugas yang kompleks.

1810