Home Ekonomi Laris Manis Jajanan Pasar di Kali Pepe Land, Omzet Penjualnya Naik 3-5 Kali Lipat

Laris Manis Jajanan Pasar di Kali Pepe Land, Omzet Penjualnya Naik 3-5 Kali Lipat

Karanganyar, Gatra.com - Agus Setyawan (32) dengan terampil melayani pembeli. Satu per satu ia mengambil tiap item lenjongan alias jajanan pasar dengan tangan dilapisi plastik bening. Dengan terampil, ia melayani permintaan pembeli.

Terkadang ada pembeli yang meminta komplet, namun ada juga yang meminta beberapa item saja sesuai keinginan mereka. Seperti yang diminta oleh seorang pengunjung, Dea (30) tahun. Kebetulan dirinya datang bersama suaminya untuk berwisata di Kali Pepe Land, tempat Agus berjualan.

”Saya minta ketan dan klepon saja,” ucap Dea sembari menyodorkan uang.

Ia bersama suaminya baru pertama kali ke Kali Pepe Land. Dirinya sengaja menyempatkan berkunjung ke lokasi wisata baru tersebut. Apalagi di lokasi ini dirinya bisa melihat keindahan Kali Pepe dan menikmati beragam sajian kuliner yang dijajakan.

”Iya, kebetulan saya senang lenjongan. Sudah sangat jarang saya temui makanan tradisional seperti ini,” katanya.

Agus berjualan lenjongan di Kali Pepe Land sejak awal pembukaan tempat wisata itu, beberapa waktu lalu. Dirinya mendapat info dari salah satu karyawan Kali Pepe Land dan akhirnya mendaftar ke pengelola.

”Saya dikasih link untuk daftar dan kemudian kontak ke admin. Saya lalu dimasukkan ke grup ini,” kata Agus.

Di Kali Pepe Land, dia berjualan pada pukul 06.00-12.00 WIB tiap hari Minggu. Sebagai persiapan, Agus mulai memasak sejak jam 02.00 WIB, dini hari. Bahkan beberapa bahan yang sudah disiapkan sejak sore hari.

Ada tujuh jenis lenjongan yang dijualnya, yakni dari klepon, cenil, sawut, ketan, jongkong, getuk, serta lopis. Saban satu porsi penyajian selalu disertai kelapa parut dan gula bubuk. Untuk setiap porsi, Agus membanderol Rp5 ribu.

Pembuatan masing-masing penganan berbeda-beda. Ada yang mudah, ada yang sangat sulit. Tiap hari, Agus dibantu oleh istrinya untuk memasak semua jenis makanan tradisional itu. Mereka mengolah kuliner lokal itu di rumah kontrakan mereka di Gumpang, Kartasura, Sukoharjo.

”Kalau jongkong dan sawut semua sama-sama diparut. Hanya jenis parutannya saja yang berbeda. Ada yang lembut dan ada yang kasar. Paling ribet itu cenil, karena harus dipisah untuk tiap warna dan digelindingi (dibentuk memanjang) satu per satu,” jelasnya.

Agus senang berjualan di Kali Pepe Land. Sebab omzet hariannya naik tiga hingga lima kali lipat. Tiap hari dirinya berjualan di Pasar Kleco, Solo dengan rata-rata omzet Rp200 ribu.

”Tapi kalau di sini beda. Jualannya sama dari jam enam sampai jam 12 siang. Tapi dapatnya bisa sampai Rp600 ribu kalau sepi. Kalau ramai saya pernah dapat sampai Rp1 juta,” ucapnya.

Menurut Agus, Kali Pepe Land sangat mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk usahanya ini. ”Harapannya ya bisa buka lebih sering. Paling enggak Sabtu dan Minggu, biar saya juga bisa jualan lebih sering,” katanya.

Sejak awal dibuka, tempat wisata ini memang mendukung pengembangan UMKM. UMKM bisa berjualan tanpa dipungut biaya sepeser pun.

”Konsepnya pasar tumpah dari pukul 06.00-12.00 WIB. Kita enggak kenakan syarat apapun. Hanya mendaftar melalui nomor WA yang tercantum di bio Instagram. Pendaftarannya pun simpel. Hanya mencantumkan nama, alamat, dan barang yang dijual,” jelas Manager Area Kali Pepe Land, Muhammad Gurda.

Pasar tumpah ini diutamakan untuk warga di sekitar Kali Pepe Land. Saat ini, ada sekitar 160 pelaku UMKM berjualan di lokasi ini. Tempat wisata yang berlokasi di desa Gawanan, Colomadu, Karanganyar ini memiliki luas hingga 4 hektar.

”Maksimalnya bisa sampai 200 pelaku usaha yang tertampung dalam sekali waktu. Tapi kalau tempatnya penuh, mereka diroling. Jadi bergantian di pekan selanjutnya,” kata Gurda.

Kali Pepe Land juga tengah gencar melakukan ekspansi usaha. Tempat wisata keluarga tersebut awal mulanya merupakan restoran. Namun ke depan akan ada pengembangan usaha berupa playground, camp ground, water boom, hingga hotel.

 

 

”Playground insyaallah dalam waktu delat,” katanya.

 

 

Tempat yang semula restoran ini menyajikan berbagai macam menu khas Indonesia yang bisa dinikmati wisatawan tiap hari. Bahkan untuk tiap pekan, warga bisa menggunakan lokasi ini secara gratis untuk event dan kegiatan kemasyarakatan. ”Sementara tempat masih gratis,” katanya.

 

 

 

 

 

 

221