Jakarta, Gatra.com – Konsep Merdeka Belajar yang saat ini diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI rupanya terinspirasi dari sosok Ki Hadjar Dewantara.
Sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, semangat mengajar yang selalu dianut Ki Hadjar Dewantara adalah dengan menempatkan siswa di atas segala-galanya dalam dunia pendidikan. Semangat itulah yang mengiringi langkahnya dalam mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta pada 100 tahun silam, tepatnya pada 3 Juli 1922.
“(Dalam hematnya), siapapun yang bekerja di dunia edukasi harus memiliki hati yang tulus untuk bisa mendedikasikan perhatian dan komitmen mereka kepada para siswa, dan ia menggunakan kata ‘Berhamba pada Sang Anak’,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Iwan Syahril, pada peringatan HUT Ogilvy ke-50, di Jakarta, Jumat (30/9).
Baca juga: Ini Rincian Reformasi Kebijakan Merdeka Belajar Episode Keenam Belas
Iwan pun menjelaskan, “berhamba” dalam kalimat tersebut tak berarti “berhamba” secara literal, tapi cenderung menunjukkan bagaimana seorang siswa berada dalam posisi yang luhur. Dengan kata lain, seorang edukator pada dasarnya perlu menempatkan pelajar di atas segala hal yang pengajar tersebut lakukan.
Oleh karena itu, prinsip-prinsip pembelajaran yang kala itu diterapkan oleh Ki Hadjar pun kini menjadi fondasi bagi Kemendikbudristek dalam membangun kurikulum Merdeka Belajar. Semangat merdeka belajar yang bahkan telah Ki Hadjar miliki sejak 100 tahun silam itu pada akhirnya menjadi titik balik untuk beranjak dari sistem ujian nasional yang berlaku di masa-masa sebelumnya.
“Kompetensi kita beranjak dari penilaian nasional di masa lalu, atau apa yang akan dilakukan dalam ujian nasional yang berfokus pada kompetensi materi pelajaran dan hafalan materi pelajaran. (Kini) kita beralih fokus pada literasi dan numerasi,” jelas Iwan.
Baca juga: Bahasa Jadi Instrumen Terbaik Ukur Suksesnya Merdeka Belajar
Untuk diketahui, Merdeka Belajar merupakan suatu sistem pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk mengembangkan potensi penuh mereka, demi menjawab tantangan zaman yang mereka temui pada generasi mereka.
Dalam Merdeka Belajar, siswa menjadi poin utama dalam pembelajaran. Baik dari segi kesejahteraan siswa, pertumbuhan total potensi siswa, serta relevansi pembelajaran dengan pemahaman tentang identitas mereka, serta tantangan apa yang mereka hadapi pada zaman mereka.