Jakarta, Gatra.com - Ilmuwan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan hasil penelitian yang membuktikan adanya pengaruh yang positif antara pemberian makanan yang sehat dan higeinies dengan kenaikan produktivitas dan peningkatan mutu hasil produksi susu sapi.
Para peneliti yang terdiri dosen dari Fakultas peternakan IPB yang diketuai oleh Prof. Yuli Retnani ini menyimpulkan, pemberian pakan yang presisi akan memaksimalkan pemanfaatan pakan dan meminimalkan ekskresi nutrisi.
Dalam pemberian nutrisi sapi perah, presisi akan berkaitan dengan keseragaman asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hewan tersebut. Oleh karena itu, pemberian pakan yang presisi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan, dan mengurangi emisi lingkungan sekaligus mengurangi biaya pakan.
Precision feeding atau pemberian pakan presisi dapat digambarkan sebagai praktik pemberian pakan yang bertujuan untuk memasok nutrisi tanpa melebihi atau kurang dari kebutuhan ternak.
Penelitian ini dilakukan di Desa Banyuayar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Para peneliti membuat inovasi untuk menyelesaikan masalah keterbatasan nutrien pada sapi perah. Inovasi itu berupa pakan ternak yang berbentuk wafer biosuplemen.
Wafer biosuplemen pakan ini merupakan salah satu produk untuk meningkatkan kuantias dan kualitas susu. "Kita harus memberikan pakan yang presisi yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas susu serta tidak berdampak lingkungan," kata Prof. Yuli seperti dikutip dari rilis yang diterima Gatra.com.
Menurutnya, membuat produk precision feeding ini memang harus ada sentuhan teknologi inovasi. Precison feeding bisa dilakukan dengan mengukur pakan yang diberikan. "Kita tidak bisa menyamakan semua ratakan sapi seperti pedet, kering, dara dan jantan, karena kebutuhan nutriennya berbeda. Wafer biosuplemen sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas ransum yang diberikan," jelasnya.
Kegiatan pendampingan yang sudah dilakukan oleh tim selama satu bulan ini, melakukan pemberian wafer biosuplemen pakan untuk 5 peternakan yang sudah terpilih. Dari hasil penelitian sudah ada dampak signifikan.
Produksi susu sebelum pemberian wafer suplemen pakan rataannya sekitar 9,76 liter sedangkan rataan produksi susu setelah diberikan wafer biosuplemen pakan selama 2 minggu meningkat menjadi 12,80 Liter. Terjadi kenaikan produksi susu sekitar 25% pasca penambahan wafer biosuplemen pakan.
Selain itu juga terjadi kenaikan kualitas susu, khususnya lemak susu. Dimana, kandungan lemak susu dengan tanpa pemberian wafer suplemen pakan 2,44% sedangkan dengan pemberian wafer suplemen pakan sekitar 4,34%. Terjadi kenaikan lemak susu sekitar 43%.
Kandungan lemak susu merupakan salah satu penyusun susu yang berperan cukup penting karena mempunyai nilai ekonomi, nilai gizi tinggi, sebagai indikator bau, rasa dan lain-lain pada susu. Semakin tinggi kadar lemak susu, rasa gurih pada susu semakin terasa. Semakin rendah kadar lemak, susu akan terasa hambar.
Pada saat pendampingan juga dilakukan organolpetik susu kepada peserta. Teknisnya, susu yang diujicobakan ada 2, yaitu tanpa pemberian wafer biosuplemen pakan dan dengan pemberian wafer suplemen pakan.
Dari hasil uji organoleptic tersebut, semua peserta lebih menyukai susu yang sudah diberikan wafer biosuplemen pakan. Rasa susu lebih gurih dan tidak bau perengus. Menurut Prof Yuli Retnani, kandungan lemak dalam susu merupakan komponen terpenting karena dapat mempengaruhi harga susu.
Menurut Dr. Heri Ahmad Sukria biaya pakan merupakan 60-80% dari total biaya variabel (variable cost). Bagi ternak pakan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dan untuk produksi. Pakan harus disusun dalam keadaan seimbang (balance ration).
Perlu disusun ransum dengan harga yang murah (least cost ration) dengan nutrien seimbang, sehingga mendapatkan balance-least cost ration. Membuat pakan yang bagus gampang, membuat pakan yang murah jauh lebih gampang. Yang sulit adalah membuat pakan yang seimbang tetapi ekonomis.
Ir. Muhammad Isnan menyampaikan bahwa agar benar-benar bisa memproduksi pakan sapi perah yang berdampak pada Peningkatan kesejahteraan peternak, p[eternak memang bertindak secepatnya dan maksimal untuk melalukan pemberian pakan secara efisien.
"Jika kita tidak atau belum memberikan pakan secara efisien, berapa pun jumlah pakan ternak sapi perah yang akan kita produksi akan terancam keberlangsungannya," ungkapnya.
Pakan dikatakan efisien apabila biaya yang sama bisa dicapai tingkat produksi lebih tinggi dan tingkat produksi bisa dipertahankan dengan biaya pakan lebih murah.
Untuk mencapai tingkat efisiensi pakan yang tinggi, dibutuhkan pengetahuan seperti kebutuhan sapi perah akan kandungan nutrien, komposisi bahan makanan, efek pakan terhadap penampilan produksi dan harga bahan makan yang tersedia.
Penelitian ini digelar, dalam rangka kegiatan matching fund Kementerian Pendidikan, Riset dan Teknologi, kolaborasi Perguruan Tinggi dengan Mitra. Diharapkan hasil penelitian ini bisa meningkatkan Good Manufacture Practice (GMP) dan Good Agriculture Practice (GAP) untuk para peternak desa Banyuanyar. Dimana dengan GMP ini peternak dapat memproduksi dan menyediakan susu yang aman dan layak dikonsumsi oleh konsumen.
Sedangkan GAP assessment merupakan rahapan penting pada pendampingan peternak disarana produksi susu sapi yang dihasilkan. Desa Banyuanyar sudah dapat mengolah susu sapi menjadi beberapa produk olahan seperti yougurt, pie dan olahan lainnya.
Kepala Desa Banyuanyar mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Dosen IPB dan Tim merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi desa Banyuanyar sebagai sentral susu.
Sedangkan Dekan Fakultas Peternakan IPB, Dr. Idat Galih Permana, menyampaikan bahwa kolaborasi implementasi inovasi yang dihasilkan oleh dosen dapat diterapkan pada masyarakat melalui program Kedaireka. "Kedaireka ini salah satu program yang diluncurkan pemerintah dalam rangka meningkatkan kolaborasi inovatif yang dihasilkan oleh perguruan tinggi," jelasnya.