Jakarta, Gatra.com - Film "13 Bom di Jakarta" menduduki peringkat nomor 1 film favorit pada platform streaming Netflix sejak tayang pada 30 April 2024. Ini menjadi prestasi tersendiri untuk film asli Indonesia yang mampu menandingi film asing di Netflix dan juga menandakan kualitas film Indonesia mampu bersaing dengan film buatan luar negeri.
Selain itu, saat diputar di bioskop seluruh Indonesia pada awal tahun ini, film "13 Bom di Jakarta" juga berhasil menembus angka satu juta penonton dalam waktu kurang dari satu bulan. Film yang dibintangi oleh Putri Ayudya ini juga menjadi salah satu film box office Indonesia yang mendapatkan 100.000 penonton pada hari pertama penayangannya.
CEO INDODAX, Oscar Darmawan menjelaskan bahwa film ini bukan hanya sekadar hiburan. Tetapi juga sebuah medium edukasi yang kuat.
"Film ini bukan hanya tentang aksi spektakuler, tetapi juga menceritakan tentang bagaimana INDODAX, sebagai bagian dari ekosistem kripto Indonesia, turut berperan dalam membantu negara mengungkap salah satu kasus terorisme yang melibatkan Bitcoin," ucapnya dalam keterangan yang diterima pada Ahad (5/5).
Oscar menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh INDODAX pada masa itu adalah regulasi terkait kripto yang masih belum matang, pemahaman masyarakat tentang teknologi blockchain yang masih minim, dan upaya memberikan kontribusi yang signifikan dalam kasus tersebut.
"Kami telah berjuang untuk membangun ekosistem kripto di Indonesia dari nol, melakukan edukasi masyarakat tentang teknologi blockchain dan kripto, hingga mendorong kebijakan yang membuat aset kripto bisa bertumbuh dan diregulasi secara legal di Indonesia," jelasnya.
Ia menceritakan, ketika memulai INDODAX di tahun 2015, harga Bitcoin masih di bawah Rp10 juta. Namun, saat ini harganya terus naik hingga mencapai lebih dari Rp1 miliar di tahun 2024.
"Ini adalah perjalanan luar biasa yang telah Kami lalui dan menandakan tingginya penerimaan masyarakat Indonesia terhadap Bitcoin dan kripto," ucap Oscar.
CTO Indodax, William Sutanto juga menambahkan bahwa Bitcoin bukan hanya aset investasi. Tetapi juga sebagai alat dan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan industri finansial.
"Pesan ini berhasil dituangkan ke dalam bentuk film oleh Mas Angga Sasongko dengan film '13 Bom di Jakarta'. Semoga selain memberikan hiburan, film ini sekaligus mengedukasi para penonton tentang Bitcoin dan cryptocurrencies," jelasnya.
Di lain sisi, Angga Sasongko, sutradara film "13 Bom di Jakarta," menyatakan bahwa film ini lahir dari keinginan untuk membagikan kisah yang menginspirasi.
"Kami berharap bahwa melalui film ini, penonton dapat lebih memahami peran penting kripto dalam konteks sosial dan politik," katanya.
Diperankan oleh Chicco Kurniawan dan Ardhito Pramono, "13 Bom di Jakarta" menggambarkan perjuangan dan keberanian para pendiri INDODAX dalam menghadapi ancaman terorisme yang mengancam keamanan negara.
Film 13 Bom di Jakarta ini merupakan salah satu wujud nyata dari INDODAX untuk ikut mengembangkan industri kreatif melalui perfilman di tanah air. INDODAX sendiri juga rutin mengadakan sebuah festival film pendek terbesar di Indonesia setiap tahunnya untuk menggali potensi dan menjadi wadah bagi sineas muda berkreasi dengan maksimal.
Festival film pendek ini dinamakan INDODAX Short Film Festival (ISFF) yang sudah digelar sejak lima tahun yang lalu oleh INDODAX. Tahun ini adalah tahun ke enam ISFF diselenggarakan. Bagi para sineas muda yang ingin berpartisipasi dalam ISFF 2024, nantikan info selanjutnya di media sosial INDODAX dan website https://www.isff.INDODAX.com/.