Home Nasional Peringatan 26 Tahun Reformasi, Mahasiswa Bengkulu: Lawan Ketidakadilan

Peringatan 26 Tahun Reformasi, Mahasiswa Bengkulu: Lawan Ketidakadilan

Jakarta, Gatra.com – Ratusan mahasiswa lintas kampus di Benkulu menggelar acara peringatan 26 tahun Reformasi bertajuk “Reformasi 26 Tahun Napak Tilas Perjuangan Mahasiswa Aktivis 1998 dalam Melawan Kekuasaan Orde Baru” di Kampus Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno (UIN FAS) Bengkulu.

Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN FAS Bengkulu, Muhammad Tegar Amrullah, dalam keterangan diterima pada Sabtu, (15/6), menyampaikan, ratusan mahasiswa lintas kampus di Bengkulu yang tergabung dalam Bengkulu Movement menggelar acara tersebut pada Jumat, (14/6).

Ratusan mahasiswa tersebut di antaranya dari Universitas Bengkulu (Unib), Universitas Dehasen, Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Kampus Kesehatan, tuan rumah UINFAS Bengkulu, dan berbagai kampus lainnya di Bumi Rafflesia.

Ada sejumlah rangkaian acara dalam refleksi 26 tahun Reformasi di Bumi Raflesia ini, di antaranya pameran foto peristiwa tragedi 1998. Sebanyak 1.500 buah foto peristiwa tahun tersebut dipajang apik.

Pameran foto tersebut guna membangkitkan semangat mahasiswa dan menjadi titik balik perjuangan serta perlawanan mahasiswa dalam memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kemudian, sejumlah replika nisan dan tengkorak sebagai simbol kekejaman Obra. Ini juga menunjukkan bahwa Reformasi 1998 harus ditebus dengan nyawa. Bahkan, sejumlah aktivis dari sejumlah kampus dan organisasi belum diketahui rimbanya pascaditangkap aparat.

Selain itu, acara peringatan 26 Tahun Reformasi juga diisi dengan membacakan puisi hingga orasi mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang tidak prorakyat dan kondisi demokrasi saat ini yang sedang tidak baik-baik saja.

Ini juga mengingatkan rezim penguasa bahwa aktivis dan korban pelanggaran HAM masih ada dan akan terus bersuara dan melawan ketidakadilan.

Tegar menjelaskan, Bengkulu Movement ini menyampaikan sejumlah peringatan bahwa saat ini banyak kebijakan yang menyengsarakan rakyat, melalui dari kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT), naiknya harga bahan pokok dan dollar, dan yang terbaru TAPERA yang tidak mewujudkan kebutuhan rakyat.

"Dalam kegiatan Refleksi Reformasi ini kami juga menyambut kedatangan teman-teman Mahasiswa yang berasal dari Jakarta,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, para mahasiswa dari Jakarta ini juga membawa semangat perjuangan dan membagun harapan bersama untuk selalu dalam garis perjuangan mahasiswa.

Kehadiran mahasiswa dari Jakarta ini merupakan roadshow di Pulau Sumatera. Bengkulu menjadi kota pertama yang dikunjungi, sebagai penanda Bengkulu mempunyai peran dalam membentuk Negara Indonesia.

“Kami menyelenggarakan peringatan Reformasi 26 tahun ini, karena kami menyadari bahwa 26 tahun Reformasi belum mewujudkan harapan masyarakat, mulai dari reformasi hukum, ekonomi, sosial, dan budaya,” ujarnya.

Lebih lanjut Tegar menyampaikan, Reformasi masih jauh dari cita-cita 26 tahun lalu. Bahkan malah sebaliknya, Reformasi menjadi awal keleluasaan para pemerintah untuk menindas dan memanfaatkan jabatannya untuk menguntungkan dirinya sendiri dan kelompoknya.

“Melalui kegiatan ini, kami menginginkan dan mendorong mahasiswa harus kembali pada fitrahnya sebagai agent of control dan agent of change bagi pemerintah dan semangat mahasiswa sehingga ketidakadilan yang dilakukan oleh Pemerintah selalu dikritisi oleh mahasiswa,” ujarnya.

68

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR