Home Gaya Hidup KRI Dewaruci Tiba di Teluk Lampung, Laskar Rempah Kena Mandi Khatulistiwa

KRI Dewaruci Tiba di Teluk Lampung, Laskar Rempah Kena Mandi Khatulistiwa

Lampung, Gatra.com - KRI Dewaruci tiba di Teluk Lampung, Rabu (10/7/2024), setelah menempuh pelayaran selama tiga hari dari Tanjung Uban, Kepulauan Riau. Setelah melakukam lego jangkar selama satu hari, pada Kamis (11/7/2024), laskar rempah yang berada di KRI Dewaruci akan mendarat di Provinsi Lampung dan melanjutkan kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024.

Pelayaran ini merupakan perjalanan Batch 3 MBJR setelah sebelumnya menyambangi Malaka, Sabang, Dumai. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) melaksanakan Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 untuk mewujudkan Jalur Rempah sebagai warisan dunia.

Baca Juga: KRI Dewaruci bertolak dari Tanjung Uban, Lanjutkan Misi Muhibah Budaya Jalur Rempah

Pada saat pelepasan di Tanjung Uban, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) Kemdikbud Ristek, Restu Gunawan, mengatakan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai penguatan poros maritim dunia dan menggaungkan jalur rempah Indonesia di mata dunia. “Oleh sebab itu, kolaborasi semua pihak perlu mewujudkan Jalur Rempah menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Apalagi jalur ini bukan hanya sekedar rempah-rempah, tetapi memuat aspek yang cukup luas meliputi ekonomi, budaya, kesejahteraan dan sebagainya,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, Juramadi Esram mengatakan Kepulauan Riau merupakan salah satu penghasil rempah di Indonesia. Provinsi dengan motto Berpancang Amanah, Bersauh Marwah yang bermakna menjaga dan mempertahankan adat istiadat berlandaskan syara.

Pemberian materi sejarah jalur rempah di KRI Dewaruci (Gatra/Abdul Karim Ambari)

Guna menata masa depan yang lebih baik menuju cita-cita luhur untuk mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat. Pihaknya menyambut baik penelusuran jejak-jejak rempah pada Bumi Segantang Lada. “Kepri merupakan salah satu penghasil rempah. Kemudian dapat mempromosikan pariwisata Kepulauan Riau dan mewujudkan Jalur Rempah menjadi warisan dunia,” katanya.

Jalur Rempah sendiri adalah jalur berbasiskan laut atau bahari yang menghubungkan titik-titik seluruh Nusantara. Maka, jalur inilah yang selama ini ikut membangun budaya dan identitas Indonesia yang majemuk seperti sekarang. Kemudian, jalur bersejarah ini juga merupakan salah satu dasar dari kebudayaan bahari bangsa Indonesia.

Sesuai dengan namanya, pada awalnya jalur ini merupakan jalur perdagangan yang melibatkan rempah-rempah sebagai komoditi utama. Dalam beberapa catatan dikatakan Nusantara adalah tempat satu-satunya di muka bumi ini yang dipilih Tuhan menjadi tempat tumbuhnya rempah-rempah, khususnya lada hitam (Piper Nigrum), cengkeh (Syzygium Aromaticum), dan pala (Myristica Fragrans). Nusantara merupakan produsen rempah-rempah terpenting dunia pada masanya.

Mandi Khatulistiwa dan Serangkaian Kegiatan Laskar Rempah di Pelayaran

Beragam kegiatan dilakukan oleh seluruh peserta MBJR 2024 di atas KRI Dewaruci selama pelayaran dari Tanjung Uban-Lampung. Salah satu yang berkesan adalah prosesi Mandi Katulistiwa sebagai tradisi pelaut saat melewati garis Khatulistiwa.

Prosesi ini diawali dari kemunculan suara-suara berisik bernuansa mistis di pagi-pagi buta ketika para penumpang KRI Dewaruci masih enak terlelap. Suara-suara keras dari speaker itu kemudian dipadankan dengan teriakan oleh para prajurit KRI Dewaruci yang turun ke bawah membangunkan para penumpang.

Baca Juga: Pulau Penyengat: Taman bagi Para Penulis dan Penyair Melayu

Satu persatu peserta pelayaran digiring ke atas geladak kapal, tak peduli apakah itu peserta MBJR maupun undangan dari media dan pakar sejarah. Di geladak langit masih gelap. Beberapa prajurit kapal terlihat mengenakan setelan yang menyeramkan. Mereka dipanggil dengan sebutan ‘punggawa’.

Prosesi Mandi Khatulistiwa di atas KRI Dewaruci (Gatra/Abdul Karim Ambari)

Selain punggawa, ada juga yang berperan sebagai bajak laut Davy Jones serta raja Neptunus bersama permaisurinya. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka tradisi ‘Mandi Khatulistiwa’.

Tradisi ini dilakukan dengan memandikan setiap orang yang pernah berlayar bersama KRI Dewaruci dan melewati garis khatulistiwa. Mandi khatulistiwa merupakan tradisi yang sudah dilakukan di KRI Dewaruci sejak puluhan tahun lalu.

Setiap yang dimandikan juga diberi nama Baptis yang diambil dari nama-nama bintang. Setelah dimandikan, peserta akan mendapatkan sertifikat bahwa pernah berlayar dan ikut ‘Mandi Khatulistiwa’ di KRI Dewaruci. Kegiatan Mandi Khatulistiwa dimaknai sebagai bentuk penyucian diri bagi seorang pelaut atau orang yang berlayar dengan maksud menggugurkan kotoran-kotoran yang ada di dalam tubuh.

Komandan KRI Dewaruci, Letkol Laut (P) Rhony Lutviandany menyebutkan, kegiatan Mandi Katulistiwa ini adalah tradisi yang selalu dilaksanakan di KRI Dewaruci. “Tradisi Mandi Khatulistiwa ini pertama kali adanya di KRI Dewaruci, baru kemudian ada di KRI-KRI lain,” ucap Rhony.

Dia menyebut, ketika seseorang telah mendapatkan sertifikat pelayaran dan mandi khatulistiwa di KRI Dewaruci, maka tidak perlu lagi untuk mandi khatulistiwa di KRI yang lain. “Nanti tinggal tunjukan saja sertifikatnya, jadi kalau pas ke KRI lain, tidak perlu lagi ikut mandi khatulistiwa,” ucapnya.

Selain Mandi Katulistiwa, Laskar Rempah juga melaksanakan kegiatan-kegiatan lain di KRI Dewaruci. Kegiatan itu meliputi latihan pergelaran kesenian, materi sejarah jalur rempah, hingga pelatihan navigasi oleh anggota TNI Angkatan Laut.

152