Home Gaya Hidup KRI Dewaruci Kembali ke Jakarta, Laskar Rempah Lanjutkan Misi Menjaga Warisan Budaya Jalur Rempah

KRI Dewaruci Kembali ke Jakarta, Laskar Rempah Lanjutkan Misi Menjaga Warisan Budaya Jalur Rempah

Jakarta, Gatra.com - Pelayaran KRI Dewaruci bersama Laskar Rempah dalam program Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 berakhir di Jakarta, Senin (15/7/2024). Setelah tiba di Jakarta, para Laskar Rempah akan menjejaki tapak-tapak sejarah perdagangan rempah selama dua hari ke depan.

KRI Dewaruci bersandar di dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kapal cagar budaya ini sebelumnya telah mengarungi jalur rempah di lautan Sumatera selama 38 hari. Mereka membawa 149 laskar rempah yang terdiri dari anak-anak muda, para ahli, dan media.

Para peserta yang disebut sebagai Laskar Rempah ini terbagi dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok berlayar dan singgah di beberapa titik. Pelayaran dimulai dari Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Melaka, Tanjung Uban, Lampung, hingga kembali lagi ke Jakarta.

Baca Juga: KRI Dewaruci dan Laskar Rempah Bertolak dari Lampung, Mengajak Semua Pihak bersinergi Mempertahankan Kejayaan Jalur Rempah

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, program MBJR yang sudah berjalan tiga tahun ini merupakan upaya untuk melakukan pencatatan sejarah pada setiap titik jalur perdagangan rempah masa lampau. Para laskar rempah bersama sejarawan, guru sejarah, dan komunitas sejarah perlu bekerja sama membangun narasi yang kuat mengenai sejarah jalur rempah.

Hilmar juga mendorong setiap pemerintah daerah di setiap titik jalur rempah turut memelihara sejarah rempahnya. Sebab, salah satu syarat dalam pengajuan kepada UNESCO tersebut adalah bahwa sejarah tentang rempah-rempah memiliki nilai universal luar biasa (outstanding universal value).

”Karena, sekali kita mendaftarkan ke UNESCO, dengan sendirinya akan terkait tanggung jawab nanti untuk memelihara. Nah, kalau ini stakeholders-nya enggak semuanya masuk dalam barisan agak sulit gitu ya,” kata Hilmar.

Komanda KRI Dewaruci melakukan Laporan saat tiba di Kolinlamil Tanjung Priok (Gatra/Abdul Karim Ambari)

Pengajuan jalur rempah ke UNESCO bersama negara-negara lain masih akan melalui proses yang relatif panjang dan butuh riset mendalam. Hal ini karena untuk menggali potensi jalur rempah bersama negara-negara lain diperlukan komitmen yang besar.

”Tetapi, ini untuk awal karena sifatnya daftar sementara, nanti bisa ditambahkan untuk pengajuan bersama. Jadi, nanti kalau ada negara lain ikut, ya, akan bisa masuk di dalam daftar sementara itu, sampai kemudian tiba saat pembahasan. Namun, saya kira itu memakan waktu. Mungkin tahun 2026 atau 2027,” katanya.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti menambahkan, rencana pengajuan jalur rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO tidak hanya dilakukan karena nilai sejarahnya semata, tetapi juga manfaat rempah-rempah bagi masyarakat pada masa sekarang. Misalnya, untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan, cita rasa makanan, hingga kosmetik.

”Yang paling penting itu justru bukan ketika jalur rempah ditetapkan sebagai warisan dunia, tetapi setelahnya itu kita mau ngapain. Jadi, ini kan sudah tahun ketiga, kita pastinya akan mengevaluasi dulu walaupun banyak usulan bahwa program ini harus dilanjutkan,” kata Irini.

Baca Juga: Laskar Rempah Menjelajahi Warisan Budaya Lampung Timur: Dari Tari Melinting hingga Punden Berundak Pugung Raharjo

Untuk diketahui, jalur rempah bukan sekadar jalur niaga. Lebih dari itu, rempah bersama komoditas perdagangan lainnya yang beredar di wilayah Nusantara telah memicu lahirnya bahasa pemersatu bangsa-bangsa; meninggalkan bangunan bersejarah; mewariskan teknologi dan pengetahuan, literasi dan seni, hingga perilaku kehidupan sehari-hari.

Sementara itu Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Rhony Lutviadhani menyatakan, kapal KRI Dewaruci sangat berbangga bisa menjadi bagian bersama MBJR 2024. Sebab, pelayaran ini sejalan dengan misi TNI AL yang ingin mengembalikan lagi masa kejayaan bahari Nusantara yang dahulu disegani banyak negara.

Prajurit KRI Dewaruci pun ikut berkolaborasi dengan para laskar rempah untuk membawa misi diplomasi budaya ke setiap titik singgah. Mereka menampilkan sejumlah kebudayaan Indonesia, seperti tari saman, reog ponorogo, dan pencak silat.

”Muhibah ini tidak hanya dimaknai oleh negara kita saja, tetapi ada hubungan diplomasi antar negara sehingga kita perlu juga melibatkan negara lain yang dilalui sejarah jalur rempah,” kata Rhony.

328