Home Gaya Hidup Negeri Katon sebagai Sentra Pembuatan Tapis Lampung

Negeri Katon sebagai Sentra Pembuatan Tapis Lampung

Lampung, Gatra.com - Negeri Katon yang terletak di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, mengokohkan dirinya sebagai sentra tapis. Daerah yang sejak lama dikenal sebagai penghasil Tapis itu, masih tetap mempertahankan adat istiadat terutama penggunaan bahasa daerah dan tetap kebiasaan membuat Tapis bagi setiap wanita di desanya.

Untuk diketahui, kain Tapis adalah jenis tenunan yang berbentuk seperti kain sarung, dipakai oleh kaum wanita suku bangsa Lampung. Kain ini terbuat dari benang kapas, pada umumnya bermotif dasar garis horizontal, pada bidang tertentu diberi hiasan sulaman benang emas, benang perak, atau sutera dengan menggunakan sistem sulam (cucuk).

Baca Juga: Museum Transmigrasi Lampung, Menelusuri Jejak Sejarah Transmigran di Indonesia

Tak perlu memakan waktu yang cukup lama dari pusat Kota Bandar Lampung, dengan perjalanan sekitar 45 kilometer kita akan menemukan suatu desa yang nyaris mayoritas warganya mahir merangkai benang emas menjadi wastra tradisional Lampung itu. Sejak tahun 1980 wanita Desa Negeri Katon memang telah menjadikan pembuatan Tapis sebagai salah satu kegiatan rutin.

Laskar Rempah di Negeri Katon sentra tapis Lampung (Gatra/Abdul Karim Ambari)

Laskar Rempah sebagai peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 mengunjungi sentra tapis ini sebagai salah satu destinasi tujuan. Tapis yang dihasilkan dari Negeri Katon mempunyai banyak bentuk.

Selain dibentuk menjadi selendang atau kain sarung, tapis juga dibuat menjadi busana muslim, hiasan dinding, tatakan gelas, dompet, hingga taplak meja. Seiring waktu, kain tapis pun memiliki banyak motif, seperti gunung, lereng, dan bukit. Kain tapis sebenarnya memiliki banyak jenis, beberapa di antaranya: tapis jung sarat, balak, raja medal, raja tunggal tuho, laut andak, kaca, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: Mengenal KRI Dewaruci, Kapal Latih Taruna yang Bawa Laskar Arungi Jalur Rempah

Pada awal perkembangannya, motif hias yang biasa digunakan berbentuk kapal karena transportasi pelayaran dulu sangat melejit. Tidak semua suku di Lampung mengenakan tapis. Hanya suku yang beradat Pepadun saja yang biasa melestarikan kain tapis.

Provinsi Lampung memang terkenal dengan tapisnya. Selama lebih dari satu abad, Lampung telah melestarikan kain tapis. Kini kain tapis tak lagi digunakan hanya untuk upacara adat, bentuknya juga tidak “sekuno” dulu.

Kain tapis telah mengalami modernisasi mengikuti perkembangan zaman. Kain ini banyak dirancang menjadi busana mewah para desainer ternama. Busana atau kerajinan dari kain tapis banyak digemari hingga mancanegara. Sakin mewahnya, kain ini bahkan dijual juga oleh para pedagang di Tunisia, Arab Saudi, hingga Eropa.

Dilansir dari berbagai sumber, pada abad ke-2 Masehi warga Lampung telah menenun kain brokat yang dinamakan nampan atau tampan serta kain pelepai. Keduanya memiliki motif kait, konci, pohon hayat, bangunan berisi roh manusia yang telah meninggal, bunga melati, matahari, bulan, dan binatang.

Pembuatan tapis Lampung (Gatra/Abdul Karim Ambari)

Setelah sekian lama, barulah kain tapis lahir. Kain tapis terus dikembangkan sesuai zaman, termasuk teknik pembuatan dan motifnya. Hiasan pada kain tapis memiliki kesamaan dengan ragam hias di daerah lain. Hal tersebut diduga dipengaruhi oleh tradisi Neolitikum di sana.

Perkembangan kerajinan tapis di Lampung semakin kaya setelah masuknya agama Islam. Kebudayaan asing pun banyak tersebar di sini, di antaranya: kebudayaan Dongson dari daratan Asia, Hindu-Budha, Islam, dan Eropa.

Pertemuan dengan kebudayaan lain saat itu menimbulkan akulturasi antara unsur hias tempatan (lama) dengan kebudayaan asing (baru). Meski mengalami pembaruan, unsur lama tetap dipertahankan. Corak, gaya, dan ragam tapis semakin kaya.

196