Lampung, Gatra.com - Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci bersama Laskar Rempah meninggalkan Dermaga C Pelabuhan Panjang, Lampung, Minggu (14/7/2024). Peserta program Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 ini akan melanjutkan pelayaran menuju Jakarta.
Sebelumnya, KRI Dewaruci tiba di Lampung, Kamis (11/7/), setelah berlayar dari Tanjung Uban, Kepulauan Riau. MBJR 2024 merupakan kolaborasi antara Kemendikbud Ristek RI, khususnya Dirjen Kebudayaan, dengan TNI Angkatan Laut. Pada tahun ini pelayaran MBJR telah mengarungi titik-titik Jalur Rempah di wilayah Indonesia Barat yaitu Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Malaka, Tanjung Uban, Lampung, dan akan kembali ke Jakarta.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Rempah: Warisan Lada Gerem Pawiki dan Sejarah Perdagangan Lada Lampung
Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbudristek serta TNI AL karena telah memilih Kota Bandarlampung sebagai salah satu titik pelabuhan yang terhubung dengan jalur bersejarah ini. Ia menyatakan bahwa program ini tidak hanya mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat diplomasi dengan negara-negara sahabat.
"Dengan terpilihnya Kota Bandarlampung sebagai salah satu titik pelaksanaan program Muhibah Budaya Jalur Rempah Kemendikbudristek RI, semakin mengukuhkan posisi kota ini lampung sebagai jalur penting di Indonesia yang melintasi selat melaka," kata Eva saat melepas Laskar Rempah di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung.
Eva juga mengajak seluruh elemen bangsa ini untuk dapat ikut berkontribusi mempertahankan kejayaan jalur rempah di Indonesia serta menumbuhkembangkannya. Ia pun berharap kepada para peserta pelayaran KRI Dewaruci yang membawa budaya jalur rempah nusantara dapat menjaga kondisi fisik dan kekompakan selama diperjalanan.
"Kemudian kepada para pembimbing dan pendamping, saya minta untuk membantu para peserta mengenal nusantara dengan baik," katanya.
Baca Juga: Museum Transmigrasi Lampung, Menelusuri Jejak Sejarah Transmigran di Indonesia
Pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud), diwakili Pamong Budaya Ahli Utama, Siswanto menyampaikan bahwa pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah ini merupakan bukti dari konektivitas budaya melalui komoditi rempah di selat Malaka di masa lalu.
“Di masa lalu ada konektivitas budaya melalui komoditi rempah di selat Malaka dan kemudian budaya-budaya melayu ini atas inisiasi dari atau pemikiran dari seluruh pihak, akademisi, praktisi, kemudian komunitas, masyarakat, dan semuanya yang bertahun-tahun,” katanya.
Kemudian mulai tahun ke-3, Kemendikbud Ristek memfasilitasi untuk membuat bagaimana kejayaan maritim itu nanti bisa menjadi warisan budaya dunia. Siswanto pun mengajak semua pihak untuk bersama-sama bersinergi dalam upaya mempertahankan kejayaan jalur rempah di Indonesia.
“Tidak mungkin Kemendikbud Ristek hanya melakukan sendiri, tetapi kebersamaan seluruh elemen masyarakat, seluruh komunitas atau komunitas yang berhubungan dengan jalur rempah,” katanya.