Home Gaya Hidup Mempelajari Konektivitas Jalur Rempah, KRI Dewaruci dan Laskar Rempah Sandar di Lampung

Mempelajari Konektivitas Jalur Rempah, KRI Dewaruci dan Laskar Rempah Sandar di Lampung

Lampung, Gatra.com - Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci singgah di Provinsi Lampung, sebagai titik ke enam dari misi pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024. Di Lampung, Laskar Rempah akan melakukan serangkaian kegiatan ke tempat-tempat bersejarah. Penyambutan Laskar Rempah batch “Lada Hitam” ini berlangsung di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, pada Kamis (11/7/2024).

Kedatangan KRI Dewaruci di Lampung ini disambut dengan serangkaian acara penyambutan. Di antaranya ada marching band SMKN 6 Bandar Lampung, penyambutan payung agung dan kebesaran adat, serta gelar kesenian budaya Lampung berupa tari.

Penjabat (Pj.) Gubernur Lampung, yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Ganjar Jationo, mengucapkan selamat datang kepada rombongan MBJR dan kru KRI Dewaruci. Ganjar mengatakan bahwa perjalanan ini bukan sekadar penghormatan terhadap perdagangan rempah-rempah yang menjadi bagian dari sejarah, melainkan langkah konkret untuk memperkuat ketahanan budaya dan mempromosikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

“Laskar Rempah merupakan merupakan simbol dari kekayaan sejarah maritim dan budaya Nusantara, sekaligus mewakili perjalanan para pahlawan laut kita dalam menjelajahi jalur rempah yang menghubungkan bangsa-bangsa di seluruh dunia,” kata Ganjar.

Baca Juga: Mengenal KRI Dewaruci, Kapal Latih Taruna yang Bawa Laskar Arungi Jalur Rempah

Lampung dengan kekayaan alam dan budayanya yang melimpah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warisan yang terbangun melalui konektivitas jalur rempah di masa lalu. “Kedatangan KRI Dewaruci dan Laskar Rempah di perairan Lampung hari ini, tidak hanya sebagai perjalanan fisik, namun juga mempunyai makna simbolik atas hubungan abadi antara laut, rempah-rempah, dan perkembangan peradaban kita,” katanya.

Adapun Pamong Budaya Ahli Utama, Siswanto, yang hadir mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan tentang spirit kebaharian dan kejayaan maritim di masa lalu. Bahwa dalam sejarah Indonesia ada konektivitas budaya melalui komoditi rempah di Selat Malaka dan wilayah Melayu.

“Perjalanan ini terwujud atas inisiasi dari seluruh pihak, baik itu akademisi, praktisi, komunitas, hingga berbagai elemen masyarakat selama bertahun-tahun. Tentunya, nilai kebersamaan kita menjadi penting, Kemendikbud Ristek tidak dapat berjalan sendiri,” ujar Siswanto.

Laskar Rempah tiba di Pelabuhan Panjang Lampung (Gatra/Abdul Karim Ambari)

Indonesia, kata Siswanto, berkomitmen untuk mengajukan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia (world heritage) ke UNESCO. Langkah ini salah satunya dilakukan untuk memastikan agar nilai-nilai sejarah tersebut tetap hidup dan bermanfaat bagi generasi di masa depan tentang pentingnya sejarah dan kerja sama lintas budaya.

“Dalam hal ini, Kemendikbud Ristek terus mendorong agar kejayaan maritim bisa menjadi warisan budaya dunia. Diharapkan agar seluruh elemen masyarakat dapat bangga dan turut melestarikan jalur rempah sebagai aset nasional, yang dikenal secara internasional,” katanya

Pada kesempatan ini, Siswanto juga menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang turut mensukseskan perjalanan KRI Dewaruci di titik singgah Lampung, meliputi pemerintah daerah Provinsi Lampung, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Lampung, sejumlah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang terlibat, dan kru KRI Dewaruci.

Baca Juga: KRI Dewaruci Tiba di Teluk Lampung, Laskar Rempah Kena Mandi Khatulistiwa

Pelayaran ini merupakan perjalanan Batch 3 MBJR 2024 setelah sebelumnya menyambangi Malaka, Sabang, Dumai. Jalur Rempah sendiri adalah jalur berbasiskan laut atau bahari yang menghubungkan titik-titik seluruh Nusantara. Maka, jalur inilah yang selama ini ikut membangun budaya dan identitas Indonesia yang majemuk seperti sekarang. Kemudian, jalur bersejarah ini juga merupakan salah satu dasar dari kebudayaan bahari bangsa Indonesia.

Sesuai dengan namanya, pada awalnya jalur ini merupakan jalur perdagangan yang melibatkan rempah-rempah sebagai komoditi utama. Dalam beberapa catatan dikatakan Nusantara adalah tempat satu-satunya di muka bumi ini yang dipilih Tuhan menjadi tempat tumbuhnya rempah-rempah, khususnya lada hitam (Piper Nigrum), cengkeh (Syzygium Aromaticum), dan pala (Myristica Fragrans). Nusantara merupakan produsen rempah-rempah terpenting dunia pada masanya.

75