Lampung, Gatra.com - Laskar Rempah, peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024, singgah di Museum Transmigrasi, provinsi Lampung. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka pengenalan situs-situs bersejarah di Lampung. MBJR sendiri merupakan program yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan dunia yang diakui UNESCO.
Ketika tiba di museum, Laskar Rempah diajak menonton film dokumenter mengenai sejarah proses transmigrasi di Lampung sejak era kolonial. Lokasi museum ini sendiri merupakan lokasi pertama penempatan warga transmigran (sebanyak 23 Kepala Keluarga) pada tahun 1905 ketika pemerintah kolonial melakukan transmigrasi sebagai bagian dari politik etik.
Baca Juga: Mempelajari Konektivitas Jalur Rempah, KRI Dewaruci dan Laskar Rempah Sandar di Lampung
Museum Transmigrasi terletak di Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Kabupaten Pesawaran. Saat tiba di pintu gerbang museum, pengunjung akan bertemu dengan bangunan berlantai dua. Di bagian depan akan terlihat simbol Sige di bagian atas beranda. Gedung bercat putih kekuningan itu dihiasi ornamen gajah Lampung yang dipadu ukiran khas Jawa.
Begitu masuk ke dalam gedung, tepat di tengah ruangan, ada patung dua lembu yangs sedang menarik alat pembajak sawah tradisional dan gerobak kayu di sampingnya. Patung ini jadi semacam simbol profesi transmigran yang mayoritas adalah petani.
Di lantai satu ada beberapa ruangan koleksi yang berisi seperangkat gamelan dan wayang golek. Ada juga perpustakaan yang dilengkapi beberapa buku sejarah dan ruangan yang memamerkan furniture tempo dulu seperti meja tamu, lemari, dan juga tempat tidur terbuat dari besi.
Di lantai dua, terpajang deretan benda antik seperti sepeda ontel, peralatan dapur, perabot rumah tangga, alat penerangan, dan mata uang tempo dulu. Ada juga jejak perjalanan warga transmigrasi dalam bentuk diorama yang diselimuti bingkai kaca dan dihiasi lampu temaram.
Beralih ke bagian belakang museum, terdapat 11 anjungan rumah adat lengkap dengan patung dan perabot rumahnya. Seperti Taman Mini Indonesia Indah dalam versi lebih sederhana, di sini ada anjungan Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Suriname. Kesemua anjungan dianggap sebagai daerah asal warga transmigran.
Terdapat pula bola peluru besar berwarna hitam yang digunakan untuk membuka lahan. Dua bola peluru tersebut dikaitkan rantai sepanjang 40 meter lalu ditarik untuk merobohkan pohon dengan diameter 50 cm.
Museum Ketransmigrasian bermula dari gagasan Prof. Dr. Ir. H. Muhajir Utomo, M.Sc. Ia adalah Putera Transmigrasi di Lampung yang menjadi Rektor Universitas Lampung serta pernah menjabat Ketua Umum Paguyuban Putra Putri Transmigrasi (Patri).
Idenya diwujudkan pada Desember 2004 saat museum mulai dibangun. Gubernur Lampung saat itu Syachroedin ZP menandai dimulainya pembangunan museum lewat seremoni peletakan batu pertama bertepatan dengan Hari Bhakti Transmigrasi yang ke 54 Tahun.