Home Internasional Gejolak Pasifik, ASEAN Harus Memiliki Upaya Gencatan Senjata

Gejolak Pasifik, ASEAN Harus Memiliki Upaya Gencatan Senjata

Jakarta, Gatra.com - Amerika Serikat (AS) telah keluar dari perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) atau perjanjian misil jarak menengah dengan Rusia. Yang tidak terduga adalah AS mengatakan pihaknya berencana untuk menempatkan misil di kawasan Asia.

Tindakan AS ini muncul di tengah-tengah masa dimana Indonesia dan ASEAN sedang mengkampanyekan konsep kesatuan kawasan Asia Pasifik, yaitu Indo-Pacific Outlook. Gejolak yang ditunjukkan oleh AS bisa menjadi tantangan besar untuk ASEAN.

"Tantangannya adalah, apakah ASEAN dan Indo-Pasifik mampu untuk menahan diri untuk tidak terlibat di konflik antara AS dan Rusia, maupun Cina," kritik Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Fitriani ketika dihubungi Gatra.com pada Senin (12/8).

Menurutnya, AS sebagai negara besar yang memiliki pengaruh di Pasifik adalah negara yang berperilaku bahwa mereka bisa melakukan apa yang mereka mau, khususnya dalam penggunaan senjata.

Oleh karena itu, Fitriani mengkritik dokumen ASEAN Indo-Pacific Outlook untuk bisa memiliki poin dalam upaya untuk menolak penggunaan kekuatan [senjata] yang mampu menjadi ancaman di Asia Pasifik.

"Kita tetap harus menyadari bahwa kondisi politik internasional yang anarkis (tanpa adanya kekuatan yang lebih tinggi dari negara) membuat negara tetap memiliki kemampuan untuk melakukan apa saja yang dimaunya," tambah Fitriani.

Dengan demikian, penting bagi ASEAN untuk bisa menerapkan prinsip-prinsip yang bisa jadi acuan untuk meminimalisir penggunaan kekuatan senjata di kawasan Asia Pasifik. Itu harus dilaksanakan jika memang ASEAN dan Indonesia ingin mengandalkan konsep Indo-Pacific Outlook.

Poin penting kedua yang tidak boleh luput adalah kemampuan masing-masing negara ASEAN untuk tidak terseret konflik di antara negara-negara besar, khususnya AS dan Cina.

Saat ini, poin mengenai keamanan di kawasan Asia Pasifik, ASEAN Indo-Pacific Outlook masih berpegang kepada Treaty of Amity and Cooperation (TAC) di Asia Tenggara. Perjanjian ini dibuat pada 1976. Perjanjian ini melahirkan beberapa prinsip khas ASEAN seperti prinsip non-intervensi, hak kedaulatan internal yang terbebas dari faktor eksternal, dan penyelesaian konflik dengan cara-cara yang damai.

 

361