Bantul, Gatra.com - Di tangan mendiang Ki Seno Nugroho, wayang Punakawan Bagong menjadi tokoh sentral dalam tiap lakon yang dibawakan. Langkah ini dianggap lompatan besar dari dalang kondang yang meninggal pada Selasa (3/11) malam itu.
Pandangan ini disampaikan seniman dan aktor Daerah Istimewa Yogyakarta, Susilo Nugroho, yang lebih dikenal sebagai Den Baguse Ngarso.
"Bagong versi Ki Seno itu cerdas dan nekat. Ini yang betul dalam segi penalaran pertunjukan. Padahal beberapa dalang lain menokohkan Bagong itu bloon dan lucu. Kalau Seno tidak, Bagong cerdas dan aktual. Ini yang ditunggu penggemarnya," kata Susilo di rumah duka Seno, Sedayu, Bantul, Rabu (4/11).
Ia juga melihat Ki Seno melakukan lompatan besar dengan menjadikan pertunjukan wayang kulit menjadi menarik, meski teknik pedalangannya antara gaya khas Yogyakarta atau Solo kerap diperdebatkan .
"Dengan kreativitasnya Seno berani menggabungkan kedua teknik pedalangan itu. Kelebihan lainnya adalah membuat cerita yang menonjolkan irama dramatik. Jadi enak ditonton," ujarnya.
Susilo menyatakan kematian Ki Seno sebagai sesuatu yang alamiah. Namun dia yakin dalang lain yang mirip Seno akan muncul. "Tidak berarti ini selesai besok pagi muncul. Berkali-kali toh kita mengalami seperti ini. Optimis saja kalau itu," katanya.
Jenazah Ki Seno diberangkatkan dari rumah duka diiringi gending 'Ladrang Gajahsena' karya seniman Ki Joko Porong. Gending ini dinyanyikan oleh sembilan sinden kelompok karawitan 'Warga Laras' yang biasa manggung bersama Seno.
Seluruh pesinden dan penabuh karawitan tidak kuasa menahan tangis usai mengakhiri lagu favorit Seno itu. Di akhir tembang, terdengar ketukan keras sebagai tanda penghormatan pamungkas untuk sang dalang.
"Saya kehilangan. Meskipun sering diejek saat pentas, Ki Seno orang yang baik. Kami tidak menyangka jika secepat ini. Terakhir ketemu kami tanggal 1 (November) kemarin," kata pesinden Tatin Thitot Nilam.
Pembina Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) DIY, Sutedjo, mengatakan seluruh seniman pedalangan, karawitan, jathilan, hingga ketoprak merasa kehilangan atas berpulangnya Seno.
"Kok cuma segitu saja hidupnya. Padahal selama hidupnya, Seno mengajarkan sebagai dalang tidak usah ada iri dengki, sakit hati, maupun cemburu. Dia merangkul semua agar sama-sama mendapat rezeki," ujarnya.
Sutedjo juga melihat Seno sedang senang-senangnya. Pasalnya putra Seno, Gading Pawukir, sudah bisa mendalang.
Dari rumah duka di Pedusunan Gayam, Desa Argorsari, Sedayu, Bantul, jenazah Ki Seno diberangkatkan pukul 12.45 WIB ke pemakaman Semaki Gedhe, Kota Yogyakarta.
Keberangkatan Jenazah diiringi ribuan pelayat, termasuk mereka yang membawa wayang kulit Bagong dan Werkudoro. Ki Seno akan dikebumikan dalam satu liang bersama almarhum bapaknya yang juga seorang dalang, Ki Suparman.