Home Olahraga Supporter Euforia, PSMS Denda Rp25 juta

Supporter Euforia, PSMS Denda Rp25 juta

Medan, Gatra.com - Untuk kesekian kalinya, PSMS Medan dijatuhkan sanksi oleh Komisi Disiplin PSSI. Kali ini, bukan karena akumulasi kartu kuning atau tingkah tak terpuji pemain, pelatih atau official. Namun, karena ulah suporter.
 
Sanksi ini ditetapkan dalam surat 114/L2/SK/KD-PSSI/X/2019, setelah sidang yang dipimpin Asep Edwin Firdaus sebagai ketua dengan Umar Husin wakil ketua dan Eko Hendro anggota memutuskan PSMS diwajibkan membayar denda Rp25 juta.
 
 
Denda ini dijatuhkan akibat tingkah laku buruk supporter yang menyalakan flare setelah PSMS memastikan lolos ke babak 8 besar Liga 2 usai taklukkan Babel United 4-1 di Stadion Teladan Medan, 21 Oktober lalu.
 
Sekretaris PSMS, Julius Raja membenarkan sanksi tersebut. Katanya, flare tersebut terbukti dinyalakan dari tribun timur dan Utara.
 
"Tetap menyesalkan bahwa ada flare. Kita dalam hal ini tidak bisa banding, karena saat manajer metting langsung diputar. Memang benar ada flare usai pertandingan. Dan sektor mana pun tahu, dari sektor timur dan utara," ungkapnya.
 
 
Pria yang akrab disapa King itu mengatakan, pihaknya tak bisa melakukan banding agar hukuman dibatalkan, atau minimal sanksi yang lebih diringankan. Ia menyebutkan, jika penyalaan flare tersebut sebagai bentuk euforia suporter usai PSMS pastikan lolos ke babak 8 besar.
 
"Saya menyatakan bahwa itu adalah rasa kesenangan penonton. Euforia karena PSMS lolos 8 besar. Tapi alasannya tidak dapat diterima. Karena apa pun alasannya, itu terjadi didalam lapangan. Laporan dari pengawas pertandingan san perwakilan LIB datang. Barang bukti kuat dan kita disanksi Rp25 juta," jelas King.
 
 
Disinggung soal sanksi akibat ulah pemain ke-12 itu, King akui jika hal tersebut sudah jauh berkurang dibandingkan para priode lalu. Hal ini sebagai bentuk kedewasaan supporter mendukung skuad Ayam Kinantan. Namun, hal tersebut pun tak serta merta menvonis tingkah laku buruk supporter tanpa melihat sebab akibatnya.
 
"Artinya sudah berkurang. Sudah lebih dewasa supporter kira. Kita terus berupaya bagaimana meminimalkan itu. Tapi bagaimana pun supporter tetap ada. Dan tidak juga kesalahan pada mereka. Kesalahan juga ada pada kita, kalau pengamanan sudah kita diperketat," jelas King.
 
 
King menyebutkan, kedepannya para pemain pun diharapkan lebih berhati-hati dalam merayakan kemenangan. Sebab, regulasi yang tak bisa ditawar akan berujung kerugian bagi tim.
 
"Kesalahan ada pada pemain sendiri. Karena menang, pemain euforia. Sama dua-dua. Supporter euforia, pemain pun euforia. Pemain rasa menang itu mendatangi pemain sebagai bentuk terima kasih. Ini salah dalam regulasi, tidak boleh. Seharusnya hanya didalam garis lingkaran tengah. Tidak boleh mendatangi. Dan itu membuat supporter gembira, melompat masuk kelapangan dan meluk pemain," pungkasnya.
 
Reporter: Iskandar
102