Home Politik Bikin Macet, Revitalisasi Trotoar Jakarta Dinilai Percuma

Bikin Macet, Revitalisasi Trotoar Jakarta Dinilai Percuma

Jakarta, Gatra.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi mengkritik kebijakan Pemprov DKI dalam merevitalisasi sejumlah trotoar. Pasalnya, proyek tersebut dinilai malah semakin memperparah kemacetan di Jakarta.

"Pelebaran trotoar harus proporsional karena produksi mobil luar biasa. Tapi selama masyarakat belum merasa tertekan menggunakan angkutan umum. Jadi percuma," kata Prasetyo saat rapat bersama Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI, Selasa (29/10).

Seperti diketahui, kebijakan tersebut merupakan solusi Pemprov untuk mendorong masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan kendaraan umum atau berjalan kaki. Namun, proyek revitalisasi trotoar dinilai terlalu terburu-buru karena kapasitas angkutan umum yang ada di Jakarta saat ini belum memadai.

Baca Juga: Kritik Pedas PSI Terhadap Dua Tahun Kinerja Anies Baswedan

"Dibagusin, dilebarin [trotoarnya] saya sepakat. Tapi ini [menyebabkan] macet di mana mana," ujar Prasetyo.

Menanggapi kritik tersebut, Kepala Dishub DKI, Syafrin Liputo mengatakan bahwa pihaknya telah berencana untuk meningkatkan kapasitas angkutan umum dengan memperbanyak jumlah bus Transjakarta. Tahun depan, Dishub berencana akan menambah lebih dari enam ribu jumlah bus Transjakarta lagi.

Saat ini bus yang dikelola PT Transportasi Jakarta sudah mencapai 3.608 bus. Kemudian untuk jumlah trayeknya ada 220. "Jumlah ini yang akan kita tingkatkan. Tahun depan targetnya adalah 10.417 bus yang akan dikelola, sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas," tuturnya.

Baca Juga: Redam Macet, BPTJ Luncurkan Bus Wisata ke Puncak Bogor

Syafrin menambahkan, proyek revitalisasi trotoar sebetulnya ditujukan untuk memfasilitasi pejalan kaki dalam mengakses kendaraan umum. Pada 2022, ditargetkan radius trotoar yang menghubungkan transportasi umum dengan transportasi lainnya hanya berjarak 500 meter.

"Harus juga dilihat bagaimana penyelesaian untuk first and last mile-nya. Karena orang dari rumah menuju stasiun ke halte bus itu perlu pergerakan. Nah, ini kemudian yang kita sebut penyelesaian first and last mile-nya, kita membangun trotoar untuk memfasilitasi pedestrian," ujarnya.

 

1702