Jakarta, Gatra.com – Program vaksinasi Covid-19 pada anak-anak usia 6–17 tahun sudah dilangsungkan. Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI), Hinky Hindra Irawan Satari, menyarankan agar orang tua mengecek kondisi anak setelah penyuntikan, lantaran tak semua anak bisa memberi tahu gejala pasca-vaksinasi yang dirasa.
Sebagai informasi, Hindra mengatakan bahwa dampak dari vaksinasi Covid-19 pada anak cendurung lebih rendah dibandingkan mereka yang dewasa. Gejala yang ditimbulkan rata-rata adalah nyeri di tempat suntikan, demam, batuk, atau sakit kepala. Menurutnya, ini dampak biasa yang ditimbulkan karena adanya benda asing yang masuk ke tubuh.
"Ini reaksi alamiah karena tubuh membentuk antibodi. Hilang 1–2 hari dengan atau tanpa pengobatan," kata Hindra dalam diskusi daring, 'IDAI menjawab kegalauan tentang vaksin Covid-19 pada anak', Sabtu (22/1).
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini menyebutkan, jika anak sudah menunjukkan ekspresi tak seperti biasanya atau terlihat tidak enak badan, segera minta untuk istirahat dan ukur suhu badan. Kalau demam, harus segera diberi obat demam. Hindra memastikan obat demam tidak akan pengaruhi kekebalan tubuh anak.
Jika anak mengeluh sakit di tempat suntikan setelah divaksin, Hindra menyarankan agar badan anak tetap digerakkan. Apabila masih nyeri, boleh dikompres di tempat sakitnya dengan air dingin.
Anak bisa dibawa ke dokter apabila demam yang dialami sudah lebih dari 48 jam atau 58 jam, satu–dua hari setelah divaksin. Namun, ia mewanti-wanti, demam berdarah (DBD) juga punya gejala yang mirip dengan Covid-19 dan angka penyakit itu cukup tinggi saat ini.
Satu hal lainnya, Hindra menegaskan bahwa tidak ada orang yang terkena SARS-Cov-2 setelah divaksinasi Covid-19.
"Covid tidak bisa kena dari vaksin, tidak ada virus aktif. Enggak masuk akal kalau disuntik vaksin terpapar Covid. [Besar kemunginan] terpapar Covid-nya sebelum divaksinasi," kata pakar infeksi dan penyakit tropis anak ini.