Home Kesehatan Membongkar Mitos Seputar ADHD

Membongkar Mitos Seputar ADHD

Jakarta, Gatra.com - Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan mental yang umumnya menunjukkan perilaku hiperaktif dan sulit untuk fokus yang dialami penderitanya. Meskipun umumnya dijumpai pada anak-anak, kasus ADHD tak jarang dijumpai juga pada orang dewasa.

Setiap orang yang memiliki gangguan ini bisa saja menjalankan pekerjaan tertentu atau tetap aktif sehari-hari, tetapi untuk aktivitas tertentu akan cukup sulit bagi mereka untuk memperhatikan, memprioritaskan tugas, menjaga fokus, mengelola emosi dan menjaga beberapa hal dalam pikiran sekaligus.

Berikut mitos seputar ADHD yang wajib diketahui agar tidak salah informasi!

1. ADHD adalah gangguan yang dibuat-buat

ADHD adalah gangguan "tidak terlihat" karena tidak memiliki gejala fisik yang terlihat pada tubuh. Karena itu beberapa orang percaya ADHD bukan kondisi yang nyata, tidak sedikit juga yang percaya kalau ini adalah gangguan yang sengaja diciptakan oleh industri farmasi untuk menghasilkan keuntungan.

Menurut Healthline, komunitas medis pertama kali mengidentifikasi ADHD pada tahun 1980. Mereka menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan individu yang tidak bisa menjaga fokus pada satu hal.

Penelitian yang berkembang juga menghubungkan ADHD dengan masalah fisik, mental, dan gaya hidup lainnya. Singkatnya, ADHD adalah gangguan mental yang nyata. Jika tidak diobati, dapat memiliki konsekuensi serius yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

2. Anak yang hiperaktif pasti ADHD

Diagnosis ADHD tidak semata-mata ditentukan karena perilaku hiperaktif saja. Melansir dari laman CDC, ada tiga tipe ADHD yang menunjukkan gejala dan perilaku berbeda-beda, yaitu:

      A. Predominately hyperactive-impulsive yang menunjukkan perilaku anak yang sulit untuk diam, terus menerus berbicara, mudah marah, tidak sabar dan sering mengganggu teman lainnya.

      B. Predominately inattentive yang menunjukkan perilaku seperti sering melamun, sulit untuk fokus dan mengikuti arahan, pelupa atau ceroboh.

      C. Kombinasi perilaku keduanya

3. Asupan gula berlebih menyebabkan ADHD

Fakta mengenai hal ini masih diperdebatkan secara saintifik hingga saat ini, namun gula kemungkinan lebih berdampak pada gejala ADHD itu sendiri.

Meskipun para pakar belum mengkonfirmasi pengaruh gula secara langsung dalam menyebabkan ADHD, mereka tetap menyarankan untuk membatasi konsumsi gula berlebih karena beberapa alasan lainnya. American Heart Association (AHA) juga menyebutkan terlalu banyak asupan gula dapat meningkatkan risiko kesehatan salah satunya penyakit kardiovaskular pada anak.