Jakarta, Gatra.com – Model bisnis baru terus mewarnai ekonomi global didorong oleh kemunculan teknologi baru dan penggunaannya dalam menyediakan barang dan jasa dengan cara inovatif. Daftar unicorn Indonesia terus bertambah. Gojek, Bukalapak, Ovo, Tokopedia, J&T Express, dan lainnya adalah bagian dari disrupsi teknologi ini.
Orang Indonesia sekarang dapat memesan makanan, memanggil taksi, memindahkan uang, mengatur perjalanan, menonton hiburan, berbelanja barang, dan bahkan berkonsultasi dengan dokter atau mengikuti kursus menggunakan metode digital.
Pada tataran yang lebih dalam, teknologi memengaruhi proses produksi dalam bentuk Industri 4.0. Usaha rintisan berbasis teknologi—atau singkatnya, rintisan teknologi—merupakan bagian penting dari lanskap bisnis-ke-bisnis dan bisnis-ke-konsumen yang berkembang di Indonesia dan di seluruh dunia.
Startup berkembang dalam ekosistem yang dapat mendukung atau menghambat perkembangan mereka. Ekosistem Indonesia melibatkan banyak elemen nasional, namun faktor regional dan internasional juga penting, terutama dalam ekonomi yang semakin terbuka dan mengglobal.
Keuangan, seringkali dari modal ventura, dan personel terampil adalah bagian penting dari ekosistem. Infrastruktur digital yang baik dan kebijakan pemerintah yang mendukung juga penting. Startup berkembang paling baik ketika pasar untuk barang dan jasa mereka besar dan aktif.
Karena itu, Asian Development Bank (ADB), bekerja sama dengan The SMERU Research Institute, menganalisis ekosistem Indonesia dan menilai dukungan yang diberikannya kepada semakin banyak startup.
Laporan tersebut berfokus pada startup negara di empat bidang: agritech, edtech, healthtech, dan greentech (juga dikenal sebagai cleantech). Laporan dan kajian tersebut dapat diunggah melalui situs berikut: https://smeru.or.id/en/publication/indonesia%E2%80%99s-technology-startups-voices-ecosystem