Batam, Gatra.com - Aksi demonstrasi di depan Kantor BP Batam oleh Laskar Pembela Marwah Melayu sempat diwarnai kericuhan antar massa dan petugas gabungan, Senin (11/9).
Demi membubarkan massa yang terlihat mulai anarkis, petugas terpaksa menyemprotkan air dan menembakan gas air mata ke arah kerumunan massa.
Menjelang tengah hari, aksi demonstrasi yang awalnya damai mulai terlihat ricuh lantaran massa mengaku permintaannya tak digubris oleh pemangku kebijakan yang dituju.
Tuntutan mereka masih sama dari aksi sebelumnya, yakni menolak direlokasi 16 Kampung Tua di Rempang, Galang, Batam. Sebab, massa mengaku telah lama menetap di atas tanah tersebut.
Demi kondusivitas, petugas ingin mengendalikan massa yang mulai terlihat melempari gedung kantor BP Batam dengan batu, besi, dan bom molotov. Tindakan reprensif mulai diambil tim gabungan untuk membubarkan massa di lokasi aksi.
Semburan air dari kendaraan taktis aparat juga telihat intens disemprotkan ke arah massa yang menggelar aksi. Masa yang terprovokasi mulai tak terkendali, hingga petugas menembakan gas air mata ke arah massa untuk niat pengendalian.
Massa terpapar kimia yang disemburkan dari proyektil gas air mata terlihat berhamburan membubarkan diri. Sebentar kericuhan sempat terkendali oleh tindakan aparat tersebut. Meski massa kembali melampiaskan amarahnya ke arah petugas yang bersiaga.
Menjelang petang, massa yang masih bertahan terlihat memadati sisi kanan pintu masuk Alun-alun Engku Putri Batam Center. Ratusan massa kembali terprovokasi usai mendengar penyampaian sejumlah tuntutan dari orator aksi tersebut.
Tim aparat gabungan mulai merangsek ke lokasi untuk membubarkan massa yang masih berkumpul, tindakan petugas itu dibalas dengan lemparan batu dan besi oleh massa hingga gas air mata ditembakan kembali untuk kesekian kalinya.
Sontak gas yang dikeluarkan tersebut lantas tebawa angin ke sejumlah arah di Engku Putri Batam. Masyarakat yang melintas di sekitar lokasi juga merasakan dampak dari alat pengendali masa milik aparat tersebut.
Terlihat seorang perempuan paruh baya membawa sepeda motor dengan membonceng puteri kecil berhenti di pinggir jalan tak jauh dari lokasi aksi massa lanjutan. Saat dihampiri, terlihat cucuran air mata dari keduanya. Muka mereka pun terlihat memerah karena dampak gas air mata itu.
“Anak saya menangis sejak dari arah Engku Puteri. Saya berniat pulang ke Sei Panas setelah berkunjung ke rumah saudara di Batam Center. Kami memilih jalur ini lantaran dekat, namun tak disangka dampak gas air mata mengenai kami hingga anak saya Puteri menangis di Engku Puteri karena gas air mata,” ungkapnya.
Aparat gabungan akhirnya berhasil membubarkan massa mejelang petang, suasana menjelang Magrib terlihat berangsur kondusif meski kerusakan Kantor BP Batam terlihat begitu jelas dari jalan raya sekitar gedung.
