Home Pendidikan Kembali Sekolah di Indonesia, Perdalam Cinta Atas Kuliner Nusantara

Kembali Sekolah di Indonesia, Perdalam Cinta Atas Kuliner Nusantara

Malang, Gatra.com - Lahir di Johor, Malaysia, tak membuat kecintaan Siti Aisyah (19) terhadap dunia kuliner Indonesia luntur. Dengan latar belakang hobi memasak, Aisyah kerap kali membuatkan hidangan bernuansa Indonesia saat berada di rumah. Referensi tentang masakan Indonesia, umumnya ia dapat dari sang ibu atau ketika mencoba masakan Indonesia di Malaysia.

“Paling suka masak masakan padang seperti rendang dan gulai-gulai,” tutur Aisyah saat ditemui di Malang, Selasa lalu.

Aisyah terlahir dari seorang Ibu yang berkewarganegaraan Indonesia. Kepulauan Bawean, sebuah pulau yang berada di ujung utara Provinsi Jawa Timur, merupakan asal keturunan Aisyah dari sang Ibu. Dari cerita Aisyah, sejak menikah dengan suami yang berkewarganegaraan Malaysia, sang ibu belum memiliki kesempatan untuk pulang ke tanah air. Saat ini, sang ibu yang sudah menjadi orang tua tunggal, menghidupi Aisyah dan keluarga dengan membuka usaha toko kelontong di Johor.

Belum pernah menginjakan kaki di Indonesia membuat Aisyah makin penasaran. Apalagi sebagai pencita kuliner, ia kerap kali mendengar cerita tentang beragamnya kuliner nusantara dari kakak kelasnya yang telah kembali ke Indonesia untuk melanjutkan sekolah. Tak pelak, tekad untuk belajar kuliner di Indonesia makin menggebu.

Baca Juga: Penyambung Mimpi Siswa Untuk Menggapai Cita-Cita

Bersyukur Bersekolah di Indonesia

Tak disangka, kesempatan itu hadir tatkala Aisyah mendengar adanya program beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yang salah satunya menyasar anak-anak Pekerja Migran Indonesia yang berada di luar negeri. Sejatinya, Aisyah sudah menetapkan hati untuk ikut seleksi, namun keteguhan itu tak cukup apabila tak mendapat restu Ibunda.

“Setelah diizinkan, saya ikut seleksi dan alhamdulillah bisa bersekolah Tata Boga di SMK Brantas Karangkates,” beber siswa yang kini duduk di kelas XII itu.

Beasiswa ADEM pun diakui Aisyah telah membantu banyak dalam bidang akademis. Apalagi, ia tambah bersyukur karena SMK tempatnya bernaung juga membantu banyak dalam memfasilitasi dan mengakomodir dirinya untuk berkembang dan beradaptasi di Indonesia.

Namun yang paling disyukurinya dari Beasiswa ADEM adalah kesempatan untuk bisa melanjutkan pendidikan di Indonesia. Cerita-cerita yang ia dengar tentang keberagaman penganan Indonesia, ternyata benar adanya.

Baca Juga: Kisah Mitha, Si Bungsu Yang Wujudkan Mimpi Berkuliah Berkat KIP Kuliah

“Rasa penasaran saya dengan beragamnya Indonesia itu kesampaian. Dan ternyata bahkan di luar ekspektasi,” ujarnya.

Kini ia makin termotivasi untuk terus memperdalam khasanah kuliner nusantara. Aisyah mengaku ingin, mencoba untuk menguasai beberapa kuliner khas dari berbagai daerah di Indonesia.

Bukan hanya itu, ia pun senang karena SMK Brantas juga memberikan materi jenis masakan dari luar negeri. Yang tak kalah ia gemari adalah masakan dari Korea dan Jepang.

Kedepan, ia bermimpi untuk terus mengembangkan keterampilan tata boga yang ia miliki. Tak lupa, nantinya ia pun ingin mengajak keluarga di johor, khususnya sang ibu, untuk bisa pulang ke tanah air.

“Cita-cita saya kedepan membuka restoran atau tempat makan,” ujar dia.

Bangun Masa Depan Anak Pekerja Migran

Pemberian beasiswa ADEM Repatriasi sejalan dengan amanat Undang-undang Dasar (UUD) 1945 bahwa setiap warga negara baik di dalam maupun di luar negeri berhak mendapatkan layanan pendidikan.

Kemendikbudristek pun mengejawantahkan amanat tersebut dengan memberikan beasiswa ADEM Repatriasi bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tinggal di luar negeri, khususnya di Sabah, Sarawak, dan Johor Bahru, Malaysia.

Program ini diberikan kepada pelajar lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikan menengah di 108 sekolah pelaksana program ADEM Repatriasi yang tersebar di 11 provinsi.

“Melalui beasiswa ini, kami harap anak-anak repatriasi ini bisa membangun masa depan yang lebih baik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa,” ujar Kepala Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik), Kemendikbudristek, Abdul Kahar dalam keterangannya, Oktober lalu.

210