Home Gaya Hidup Perpusnas dan Kemenag Kolaborasi Hadirkan Laman Perpustakaan Keagamaan

Perpusnas dan Kemenag Kolaborasi Hadirkan Laman Perpustakaan Keagamaan

Jakarta, Gatra.com – Rakyat Indonesia hingga warga dunia bisa mendapatkan berbagai materi atau informasi mengenai agama atau keagamaan di Indonesia melalui laman Kepustakaan Keagamaan yang baru diluncurkan di Jakarta pada Kamis (23/9).

Laman Kepustakaan Keagamaan yang dibangun Perpustakaan Nasioal (Perpusnas) Republik Indonesia ini, merupakan hasil kolaborasi dengan Kementerian Agama (Kemenag), menyediakan berbagai informasi tentang keagamaan, di antaranya buku, artikel, video, daftar literatur, bahan pengajaran, dan konten-konten digital lainnya terkait seluruh agama yang ada di Indonesia.

Materi laman Perpustakaan Keagamaan ini berasal dari koleksi Perpusnas, Kemenag, dan berbagai laman yang dikelola oleh lembaga resmi. Portal web ini sekaligus menjadi penanda jalinan kerja sama bidang perpustakaan antara Kemenag dan Perpusnas.

Penandatanganan nota kesepahaman kolaborasi antara Perpusnas Republik Indonesia tersebut diteken oleh Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando; dan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.

Syarif Bando mengatakan, portal web keagamaan ini merupakan implementasi moderasi beragama. Portal ini ditujukan untuk seluruh pemeluk agama. Para pemeluk agama nantinya akan mengisi konten pembelajaran agama sesuai agamanya masing-masing.

"Boleh saja seseorang tidak ikut berpendidikan, tetapi sesuai dasar negara kita tidak boleh hidup di Indonesia kalau tidak beragama. Portal keagamaan ini menjadi suatu investasi luar biasa untuk mempermudah masyarakat mendapatkan informasi tentang keagamaan," katanya.

Dalam pelucuran laman Kepustakaan Keagamaan ini, Syarif Bando menyampaikan keinginannya untuk bersinergi dengan Kemenag dalam penggandaan (mirroring) data. Ini butuh dilakukan agar buku digital dapat menjangkau seluruh masyarakat, termasuk di wilayah perbatasan.

Menurutnya, langkah ini sebagai wujud prioritas pembangunan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni pembangunan dimulai dari perbatasan, sehingga daerah terluar menjadi titik tolak untuk memastikan tersedianya bahan bacaan.

"Setidaknya butuh lima titik mirroring agar akses bahan bacaan bisa menjangkau masyarakat hingga perbatasan, dengan biaya Rp40 miliar. Sinergi dengan Kemenag ini untuk memastikan seluruh konten pembelajaran agama masuk di sini. Saya kira ini menjadi satu jawaban Kemenag untuk menjawab keterbatasan akses terhadap penduduk indonesia," ungkapnya.

Menag Yaqut menyetujui program mirroring untuk mendukung akses bahan bacaan, mengingat program penggandaan ini memiliki manfaat yang besar. Ia menyatakan, akan mengawal langsung program mirroring ini dan dikerjakan secara bersama-sama dengan bimas yang ada karena ini portal semua agama.

"Bagaimana kita membuat sodaqoh ini produktif. Semoga portal ini bemanfaat terutama untuk guru, pendidik, dan anak-anak di masa yang akan datang," ujarnya.

Selain peluncuran laman dan penandatanganan nota kesepahaman, acara juga diisi dengan talk show bertajuk "Literasi Digital dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Unggul".

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, yang dihadirkan sebagai narasumber, mengatakan, sebuah survei internasional menyebut bahwa kebahagiaan individu ditentukan oleh pemahaman keagamaan. Yang menggembirakan, survei tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar yang kebahagiaannya sangat ditentukan oleh pemahaman keagamaan.

Dari survei tersebut, sekira 93% menyatakan komitmen agama sebagai salah satu faktor penting kebahagiaan. Tetapi saat data ini diklarifikasikan dengan data yang lain, maka hasilnya agama sebagai pusat kebahagiaan terekspresi melalui ruang-ruang radikal.

"Literasi yang tidak sempurna membuat seseorang salah memperoleh asupan pendapatnya dan diekspresikan dengan cara yang salah," katanya.

Menurut Ali, agama memudahkan hidup, menata hidup bukan merusak tatanan hidup harmonisasi sosial. "Ini yang dibutuhkan Indonesia ke depan untuk menjadi lebih baik," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kemenag, Muhammad Zein, mengungkapkan, pandemi Covid-19 membuat Indonesia dan negara di dunia mengalami learning loss. Jika ini dibiarkan, maka anak-anak Indonesia akan menjadi loss generation.

"Dari hasil riset, inovasi pemulihan pembelajaran di madrasah hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan buku-buku teks," ungkapnya.

Jika guru mengajar tanpa buku teks yang mumpuni, kata Zein, maka transfer ilmu (knowledge) tidak akan sampai pada target pembelajaran. Ini yang mendorong Kemenag segera mewujudkan kerja sama dengan Perpusnas. Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat literasi dan menambah bahan bacaan untuk para guru dan pendidik.

110