Home Gaya Hidup Gerak Bibir Tuntun Anak Tuna Rungu Wicara Belajar Mengaji

Gerak Bibir Tuntun Anak Tuna Rungu Wicara Belajar Mengaji

Karanganyar, Gatra com - Anak-anak berkebutuhan khusus mempelajari cara salat, mengaji, dan berdoa dari gerakan bibir para pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB)-B Pawestri Karanganyar, Jateng. Sekolah ini menyelenggarakan pesantren kilat Ramadan yang berisi edukasi ibadah mahdhah.

Sebagaimana ibadah mahdhah yang harus sesuai syariat Islam, maka gerakan dan bacaannya juga tak boleh keliru. Sehingga, memberi pelajaran ibadah tersebut ke penyandang tuna rungu wicara bukan persoalan mudah. Namun dengan kesabaran para pengajar, sedikit demi sedikit mampu dimengerti anak serta mau mengamalkannya. Di pesantren kilat ini, seorang anak diampu seorang pengajar.

Para siswa membaca gerak bibir pengajar saat belajar mengaji hingga bacaan salat. Dalam menerima pelajaran, para siswa menirukan gerak bibir dari pengajarnya. Ketika siswa salah atau belum mengerti perkataan pengajar, sang guru kemudian menarik jari tangan siswa dan mengucapkan bacaan.

Sesekali pengajar menggunakan peraga gambar. Termasuk saat mengajarkan gerakan salat. Para siswa tampak antusias dan serius memperhatikan setiap gerakan pengajar.

"Kalau dibandingkan dengan pesantren jauh. Dari sana, sudah fasih dan bacaan tartil. Namun di sini, semangat untuk belajar salat, mengaji dan berdoa justru luar biasa. Sedari dini memang harus belajar. Enggak terhalang kekurangan. Semua anak istimewa. Pandai dan cerdas," kata Wakil Kepala SLB B Pawestri Bidang Kurikulum, Fuji Harjanti, Senin (11/4).

Pesantren kilat di SLB yang terletak di Desa Jati, Jaten tersebut diikuti belasan peserta didik yang kebetulan belajar formal di SLB. Waktunya dibuka selama tiga hari saja, yakni Rabu (6/4) hingga Jumat (8/4) di sekolah setempat.

"Siswa pesantren kilat terbiasa mengikuti gerakan bibir. Kami memang membiasakannya daripada pakai gerakan isyarat," katanya.

Pelajaran mengaji dimulai dengan surat-surat pendek. Para pengajar membacanya berulangkali tiap ayat sampai anak melafalkannya secara benar dan tartil.

1657