Home Gaya Hidup Ms Marvel, Superhero Muslim, “Harta Karun” Budaya Ala Disney Plus

Ms Marvel, Superhero Muslim, “Harta Karun” Budaya Ala Disney Plus

Jakarta, Gatra.com - Dalam enam pekan penayangannya, Ms. Marvel resmi memperkenalkan pahlawan super wanita Asia dan remaja muslim pertama ke layar Marvel Cinematic Universe (MCU). Dilansir dari Gamerant, sejak awal, serial ini mementingkan latar belakang agama dan budaya protagonis, mirip komiknya, dan banyak referensi dipadukan ke plot dan dialog untuk membuat kisah lebih realistis.

Ms. Marvel menceritakan remaja perempuan yang tumbuh dan besar di New Jersey, negara bagian Amerika Serikat dan menemukan kekuatan super dalam dirinya. Remaja bernama Kamala Khan ini mempunyai keluarga yang berasal dari Pakistan dan memeluk agama Islam. Meskipun tinggal di timur laut Amerika Serikat, keluarga Kamala masih berpegang teguh pada praktik budaya dan agamanya.

Serial ini menangkap esensi keluarga dan rumah tangga imigran dengan indah lewat sosok Kamala Khan yang diperankan Iman Vellani. Budaya dan agama memainkan peran besar dalam kehidupan Kamala dalam komik, dan serial Disney Plus berhasil mengadaptasinya. Dalam beberapa menit pertama Episode 1 Ms Marvel, Kamala memanggil kedua orangtuanya dengan sebutan “Aami” dan “Aabu”, dalam bahasa Hindi diterjemahkan sebagai ibu dan ayah. Sementara, anak perempuan disapa sebagai “beta”, merujuk panggilan kesayangan.

Superhero Kamala Khan diperankan Iman Vellani (Istimewa)

Di sisi lain, serial Ms Marvel menjelma harta karun referensi budaya dan agama. Berikut beberapa ragam tradisi yang ditampillkan dalam seri Superhero ini yang layak disimak.

Mengucapkan Bismillah Sebelum Memulai Misi

Di Episode 1 Ms. Marvel, Kamala terlihat mempersiapkan tes mengemudinya. Orang tuanya memberikan tip kepadanya tentang kelulusan, dan saudara laki-lakinya Aamir menasihatinya mengucapkan “bismillah” sebelum menyalakan mobil. Bismillah secara harfiah berarti “Dengan menyebut nama Allah” dan menjadi ungkapan yang kerap dipakai muslim sebelum melakukan banyak tugas. Kamala tertawa kecil mendengar saran Amir, ia terlihat membaca istilah itu saat memutar kunci kontak mobil.

Persaingan Saudara

Ms. Marvel menyentuh nuansa yang tidak diperhatikan banyak orang. Untuk waktu yang lama, negara Asia Selatan dianggap sebagai masyarakat patriarki. Sementara, banyak perubahan telah terjadi selama bertahun-tahun, kesenjangan gender di bidang pekerjaan, dan keyakinan yang berkembang di masyarakat bahwa wanita adalah sebagai ibu rumah tangga. Hal itu terjadi saat Kamala meminta izin untuk mengunjungi AvengerCon dan orang tuanya menolak. Kamala berujar, jika saudara laki-lakinya yang meminta izin, maka orangtuanya lekas setuju. Pernyataan ini menunjukkan disparitas gender di mana anak laki-laki dalam kultur ketimuran memiliki kebebasan bergerak

Nuansa Perayaan Idulfitri

Kamala merayakan Idulfitri di Episode 2 Ms. Marvel, bersama keluarga serta teman-temannya terlihat di pasar meriah. Nakia Bahadir melihat ini sebagai kesempatan sempurna untuk menampilkan diri sebagai calon pengurus masjid. Ia meminta Kamala dan Bruno Lintz untuk membantunya meyakinkan orang banyak untuk memilihnya. Ia lantas memecah kelompok yang berbeda di pasar, dan “klik” ini menjadi perwujudan dari stereotip orang di pesta Hari Raya yang membuat adegan menjadi kocak dan menghibur. Di atas piramida sosial ada “The IlluminAunties,” sekelompok wanita tua yang tahu segalanya.

Pemisahan India pada 1947

Tak kalah menarik, Ms. Marvel menyoroti pemisahan India pada 1947, topik politis yang sangat tidak diharapkan penggemar untuk dibahas dalam proyek MCU. Referensi yang dibuat untuk insiden pemisahan negara itu akurat, dan komentar Aamir tentang “setiap keluarga Pakistan memiliki cerita akan sejarah pemisahan” tetap berlaku hingga saat ini.

Nenek Mengirim Perhiasan untuk Pernikahan

Ketika dua individu menikah, mereka menerima banyak hadiah. Namun, Ms. Marvel menyoroti tradisi penting perhiasan leluhur di Asia Selatan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Nani Samina Ahmed tidak dapat menghadiri pernikahan cucunya, tetapi dia mengirim paket untuknya jauh dari Pakistan. Paket berisi perhiasan, termasuk gelang ajaib. Baik Kamala dan ibunya Muneeba menyebutnya sebagai “sampah”, tetapi ini penting bagi sang nenek.

Kotak Permen Digunakan Kembali sebagai Kemasan

Nenek Kamala mengirim perhiasan dari Pakistan dalam kotak Milk Toffees. Muneeba kemudian menggunakan kotak serupa untuk membawa kostum superhero Kamala dari Pakistan ke rumah mereka di New Jersey. Saat di Karachi, Muneeba terdengar mengeluh tentang semua kotak permen yang tergeletak di sekitar rumah ibunya. Permen ini hampir seperti tradisi budaya di banyak rumah tangga Pakistan, dan akan beresonansi dengan banyak penonton dari wilayah tersebut.

Pernikahan Aamir dan Tyesha

Ms. Marvel memiliki sentuhan budaya pada perayaan pernikahan Aamir dan Tyesha. Pengantin wanita, pria, dan tamu mengenakan pakaian yang sesuai dengan budaya, dan berpartisipasi dalam rangkaian tarian yang disetel ke lagu-lagu populer khas Bollywood. Sebelum pernikahan, Kamala dan Muneeba terlihat menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbelanja, sementara lagu Ahmed Rushdi yang sangat populer “Ko Ko Korina” diputar sebagai background. Lagu ini awalnya dibuat pada 1966, dan selalu disertakan di pesta pernikahan Pakistan.

Anak Budaya "Ketiga"

Ada beberapa momen di Ms. Marvel di mana anak-anak muda merasa tidak cocok. Kamala tumbuh dalam masyarakat Amerika Utara, tetapi di rumah, keluarganya mengikuti tradisi Pakistan. Budaya dan agama membedakannya dari teman-teman dan teman-teman sekelasnya. Ia terlihat menonjol sekaligus “asing” ketika mengunjungi negara asalnya. Sepupu Kamala menyebutnya sebagai “ABCD” singkatan dari “American Born Confused Desi”. Pernyataan bernada sentilan, karena mengacu pada orang Asia Selatan yang terpisah dari budayanya karena lahir dan besar di Amerika. Nakia berada dalam situasi yang sama sebagai anak budaya ketiga, dan berbicara tentang pengalamannya beradaptasi selama bertahun-tahun.

Ilustrasi Kamala Khan Beribadah di Masjid (Istimewa)

Masjid Pertautan Hubungan Agama dan Masyarakat

Adegan di masjid sangat penting bagi kisah Kamala. Muneeba mengungkapkan, ketika pertama kali pindah ke AS, dirinya merasa tersesat. Ia merasa betah dan nyaman ketika berada di masjid, dan keluarga serta persahabatan yang terjalin di masjid sangat membantu psikologinya. Muneeba mewariskan tradisi salat di masjid kepada anak-anaknya. Hal ini juga berlaku bagi banyak muslim yang bermigrasi ke Amerika. Momen cukup heboh adalah saat Kamala dan Nakia terlihat bergegas ke masjid untuk salat. Ketika keduanya ingin berwudhu, salah satu keran tidak berfungsi. Keduanya berkomentar bagaimana sisi perempuan di masjid sedikit terabaikan, di mana mereka hampir tidak bisa mendengar khutbah Syekh secara jelas.

Nuansa Bollywood dan “DDLJ”

Ketika Kamala pertama kali bertemu Kamran, keduanya berbicara tentang Shah Rukh Khan, seorang aktor terkemuka di Bollywood. Keduanya terhubung lewat film sang aktor berjudul “Dilwale Dulhania Le Jayenge” atau DDLJ, sebuah film romantik pada 1995 yang diputar di bioskop Mumbai selama 20 tahun. Film yang melegenda tersebut memiliki fans dan pengikut kultus hingga saat ini.

437