Home Liputan Haji Mengawali Penyelenggaraan Haji Yang Berkeadilan Penuh Sentuhan Kemanusiaan

Mengawali Penyelenggaraan Haji Yang Berkeadilan Penuh Sentuhan Kemanusiaan

Bagi para jamaah, berhaji adalah proses diperjalankan dalam peristiwa hidup yang agung. Saat jutaan manusia berkumpul di dua tanah suci Makkah dan Madinah, dimana Sekat-sekat keduniaan punah, melebur untuk berserah. 

Semua menjawab panggilan untuk menuntaskan rukun ibadah, menyelesaikan karya kehidupan yang indah. Saat itu kematian bahkan dimaknai sebagai akhir yang agung. 

Namun bagi Negara, musim haji adalah peristiwa melayani anak bangsa, menjawab panggilan Tuhan tanpa pengecualian. Tua muda, lemah gagah, lelaki perempuan, harus diberi jalan dan pelayanan, agar terkabulkan do’a untuk pulang ke keluarga dengan kemabruran. 

Tahun 2023 ini semua serba bertambah dalam kuantitas, jumlah menjadi 229.000 Jamaah, perempuan menjadi 52% Jamaah dan lanjut usia menjadi 70.000 jamaah. Menyikapi hal ini kualitas pelayananpun bertambah. 

Baca juga: Lebih 2 Juta Jemaah Haji Berkumpul di Arafah, Didominasi Asia dari 150 Negara​​​​​

Kebutuhan perempuan bukan hanya beda karena fisiknya, tetapi juga perspektif fikih dan kenyamanannya. Interaksi dengan perempua-pun beda karena karakter dasarnya. Begitu pula dengan jamaah lanjut usia yang beda karena kodrat kebugarannya. 

Melayani Jamaah Perempuan, selayaknya sudah lebih spesifik sejak dari kebijakan, perencanaan hingga pelaksanaan di lapangan. Begitu pula bagi Jamaah lanjut usia, diperlukan sentuhan khusus penuh kepedulian. 

Menyikapi hal ini, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas menginisiasi kebijakan solutif. Tahun 2023 adalah kali pertama menyertakan 3 perempuan untuk menjadi bagian dari Amirulhajj Indonesia. 

Di luar tugas umumnya, pada ke 3 sosok ini diamanatkan untuk berkhidmat sesuai kompetensi masing-masing. Kontribusi mereka sangat dirasakan, terkhusus menghadapi kualitas infrastruktur dan system pelayanan Haji pemerintah Saudi yang belum pulih paska pandemi. 

Badriyah Fayumi Munji, seorang ulama Perempuan memberikan kontribusi dari sisi kajian Fikih. Salah satu contohnya, saat kelalaian penyelenggara lokal dalam transportasi berdampak pada keterlambatan menunaikan prosesi ritual Haji, beliau begitu komperhensif mengupas literasi hukum fikih, dari tiga sumber yang utuh, Al-Qur’an, Al-Hadits maupun kaidah Usul (filsafat) Fiqihnya.

Indah P. Nataprawira (Amirulhajj Perempuan 2023). (GATRA/Dok Ist)
 

Dengannya jamaah diringankan dari pembayaran Dam yang sejatinya tidak diperlukan. Dalam banyak hal terkait Fikih Ibadah, beliau menjadi tempat merujuk yang nyaman bagi Jamaah perempuan karena ada dalam pemahaman yang faktual dan relevan. 

Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, seorang aktivis pemberdayaan perempuan dan keluarga dengan jaringan nasional dan internasional yang luas. Begitu responsif, mengintegrasikan sumber daya dan jaringan untuk meringankan beban Jamaah akibat keadaan yang tidak kondusif. 

Saya sendiri, Indah Pertiwi Nataprawira sesuai latar belakang mendapat amanat untuk melancarkan jejaring komunikasi. Membersamai dan menyambung lidah Jamaah, hingga Kementrian Agama sebagai perwakilan Negara selalu hadir memberi solusi agar setiap masalah terselesaikan secara kondusif. 

Baca juga: Puncak Haji 1444 Hijriah: Setelah Arafah Bergeser ke Musdalifah, Mina

Kebijakan Kementerian Agama tahun ini dengan menyertakan Amirulhajj perempuan, bukan hanya bentuk realisasi keadilan sesuai dengan jumlah Jamaah perempuan yang lebih banyak. Tapi juga manifestasi dari keseriusan untuk memberi pelayanan yang lebih spesifik, mendetail sesuai kodrat gender dan keadaan yang membutuhkan sentuhan khusus.

Semoga keberadaan kami Amirulhajj perempuan tercatat sebagai pengabdian bagi kemanusiaan, manifestasi dari Bangsa Indonesia yang berkeimanan. Kami sadar darma kami Amirulhajj perempuan di tahun 2023 hanya menjadi catatan awal untuk diberlanjutkan dengan lebih baik lagi di musim-musim Haji yang akan datang. 

Oleh : Indah P. Nataprawira (Amirulhajj Perempuan 2023) 

52